Life is the struggle

The struggle needs the sacrifice of the body, the soul, and everything to actualize the hope, the dream, and the love.
Hidup ini Sebuah Perjuangan.
Perjuangan Perlu Pengorbanan atas Jiwa, Raga, dan Segala Kepunyaan demi Terwujudnya Harapan, Impian, Cita-cita, dan Cinta.

Putaran Kehidupan (Rotation of Life)

Life in the World rightly rotates and Walks; it is certainty.
Kehidupan Dunia Berputar dan Berjalan; ialah Keniscayaan

Jembatan Kehidupan (The Bridge of the World)
Ikhsan Falihi pada Sebuah Jembatan

Andai Jembatan ini adalah Penghubung Tujuan. Niscaya Lautan Luas Ini Adalah KEILMUAN. Ijinkan Kuberpijak dan Kumelalui Jembatan Keilmuan tuk Meraih Keselamatan dan Keberhasilan.

IKHSAN Falihi di Pinggir Laut.
(IKHSAN Falihi On The Seaside)

Andai Lautan Itu Luasnya Rinduku, Maka Bentangan Rindu Tiada Surut. Begitu pun Jua Kalian Puas Melarungkan Berjuta IMPIAN.

Penangkal Covid-19

Makanan Penambah Kekebalan Tubuh untuk Menangkal Covid-19

Tuesday, February 21, 2017

Sprinkling in Silence 18 (Percikan dalam Kesunyian 18) : Kindness in the Dusk (Kebaikan di Tengah Senja)

KINDNESS IN THE DUSK
Written Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
KEBAIKAN DI TENGAH SENJA
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Semakin menua usia sepeda yang kupakai, ia semakin memberikan semangat untuk mengobarkan perjuangan. ia tahu bahwa perjuangan belumlah berujung, maut belum menjemput. Karenanya perjuangan harus digelorakan setiap waktu, bahkan harus istiqomah seperti istiqomahnya percikan air pagi itu yang kerap menghujani ruang batin manusia yang dosanya hampir penuh.
Beberapa onderdilnya sudah mulai kreat kreot bila sedikit gundukan jalan diterabas. Telinga tak kuat mendengar jeritan besi-besi onderdil yang kutumpangi. Pagi itu pikiranku tebersit ide, saatnya harus dibawa ke reparasi buat sepeda yang rusak ini. Tapi reparasi mana ya yang pas buatnya. Belum genap seminggu sepeda ini diservis oleh tukang sepeda tapi mengapa remnya dan beberapa onderdil lainnya masih nggak nyaman, sama dengan sebelum direparasikan.
Di tengah kekalutan itu tiba-tiba terlintas pak Paijo. Si tukang reparasi tua yang rutin menambal sepeda dan membenahi beberapa onderdil yang kurang pas.
Beberapa lembaran fulus kusiapkan untuk ongkos penggantian onderdil dan ongkos reparasi. Kuhitung lembar demi lembar fulus itu agar tidak sampai kekurangan. Teringat kejadian puluhan tahun silam, pernah terjadi di Ketintang Baru kota Surabay. Sepeda sudah diservis direparasi sepeda lalu tukang servis minta ongkos perbaikan. Parahnya, ia minta tidak selazimnya, jauh lebih besar dari perkiraan. Walhasil, aku hanya bisa menyerahkan uang yang masih kurang dan KTP beserta Kartu Mahasiswa yang masih berlaku untuk jaminan. Nanti kalau sudah membawa uang sebesar yang diinginkan KTP dan Kartu Mahasiswa bakal dikembalikan.
Peristiwa ini tak luput dari ingatan. Rasanya masih trauma dengan hal ini, kali ini aku gak mau ketimpa hal itu lagi. Lebih baik kusiapkan lembaran fulus berlebih.
Kudatangi sang penyervis sepeda.
“Permisi, pak Paijo, Saya mau menyerviskan sepeda ini kabel rem dan onderdil untuk rantai gak enak. Apakah Bapak bisa menyervisnya?”
 Beliau menjawab,”Ya. Bisa.
Aku balik menanyai,”Apakah bisa kutunggui?”. Jawabnya,”Ya. Bisa ditunggui. Bisa ditinggal.” Saya pun cepat menyahut,”Lho ya kutunggui saja pak Paijo. wonk nanti mau saya pakai.”
“Apanya yang rusak?” tanyanya. “Ini lhoh…. remnya minta ganti, kabelnya minta ganti, dan rantainya terasa gak enak.”
Penjelasanku nyerocos panjang lebar. Trauma dengan reparasi sebelumnya yang sama sekali gak sanggup memperbaiki sepeda. Masih ada kekhawatiran di benak jangan-jangan pak Paijo ini seperti reparasi sebelumnya. Aku pun mengurai beberapa kerusakannya dan segera minta ganti onderdil baru.
Beliau cepat-cepat menjawab,”Aku nggak bisa kalau kamu ajari.” Aku kaget dengan jawaban si tukang reparasi ini. Aku terdiam. Beliau bertanya,”Mintamu kan yang penting enak. Kalau penjelasanmu panjang lebar aku malah gak ngerti. Ya udahlah , yang penting nanti enak dipakai kan. Kalau itu yang kamu minta aku bisa.”
Aku pun terpaksa mengiyakan. “Ya, Pak Paijo. Yang penting nanti enak dipakai.”
Perasaanku mulai was-was walau kuserahkan sepedaku padanya dengan penuh keterpaksaan. Kekhawatiranku semakin terasa, namun aku berusaha menghilangkannya. Yaaah….. biarlah kuberikan kesempatan padanya untuk memperbaikinya. Kalau toh nggak beres, dia nggak becus ya apa boleh buat cari reparasi lainnya. Kali ini aku berlatih apapun itu keadaannya harus bisa dibuat enak dirasa. Kucoba itu.
Beliau mulai memegang kunci, baut, dan beberapa kunci. Tak lama kemudian, thag thog thag thog beliau kerja. Aku di depannya. Mungkin beliau bingung melihat aku tidak duduk di kursi yang disediakan. “Silahkan, duduk di kursi itu. Jangan di situ.” tegurnya. Aku pun mengikutinya.
Terbayang di benakku, si reparasi ini sudah belasan tahun silam menjalani kehidupan begini, usia yang makin menua, tampak makin senja tak pernah menyerah dalam kehidupan. Semangat kerja keras ia gelorakan. Ia sambut rejeki kehidupan dengan memukul-mukulkan besi tua pada setiap sepeda yang sempat berlabuh padanya. Tak terhitung lagi berapa ban sepeda yang sudah dielus-elus demi fulus agar terus menerus menyubur dan mengucur.
Tetapi pikiran ini tak bisa dipungkiri, sejatinya aku ragu pada pak Paijo. Berbekal ilmu yang sudah sekian lama kudapat dari para tukang reparasi sepeda mereka semua kalau menyervis sepedaku pasti jurus ampuhnya adalah ini harus ganti onderdil baru. Jurus itulah yang kupakai kali ini pak Paijo nggak mempan dengan jurus andalan reparasi kondhang. Pak Paijo kebal dengan semua penjelasanku mengenai semua onderdil sepeda yang pernah kudapatkan dari deretan reparasi professional. Sungguh aku hanyut dalam lamunanku. Benarkah pak Paijo sanggup mereparasi sepedaku. Ada kesal sedikit, sudah kuberi tahu malah ngeyel. Malahan nggak mau mengganti onderdilnya. Baiklah aku turuti aja apa maunya.
Tak berapa lama beliau berdiri lalu memasukkan kunci-kunci ke kotaknya. Beliau berkata,”Ya, sudah. Ini sudah. Selesai, bisa dicoba.” Ternyata, aku periksa yang rusak tadi kini semuanya sudah beres, bisa dipakai tanpa mengganti onderdil sedikit pun.
“Pak Paijo berapa ongkosnya?” tanyaku. “Empat ribu rupiah.” jawabnya. Aku terperanjat. Benarkah pak Paijo.
 “Berapa pak Paijo?” tanyaku untuk meyakinkan diriku khawatir telingaku yang salah dengar. “Empat ribu rupiah.” jawabnya.
Rupanya Pak Paijo mengajariku kalau memang onderdil itu masih layak dipakai walau tampak tidak baru mengapa harus diganti. Haruskah memperbaiki yang rusak dengan mengganti yang baru?
Ya Tuhan, ternyata yang kuduga tadi tidaklah demikian, kali ini masih ada kebaikan di tengah senja yang engkau tampakkan. Nikmat mana lagi yang harus kudustakan? Sesungguhnya aku hanyalah satu titik kecil di ruang kehidupan yang lemah tiada berdaya di antara ruang-ruang rahasia kehidupan.
Ya Tuhanku, daku tak sanggup menduga apalagi membaca rahasia kasihmu. Kasih dan sayangmu Engkau tabur pada manusia yang tak pantas dipandang bagi manusia terpandang.
Mungkin kali ini Pak Paijo telah beroleh luberan kasih-Mu sehingga beliau sanggup menuntunku akan kejujuran dalam melayani umat, bukan kepalsuan demi ambisi harta dunia dengan kedok keprofesionalan.

S E L E S A I
TERIMA KASIH
=============================
Beberapa Istilah:
Diterabas = diterjang
Ketimpa = terkena derita
fulus = nuqud = dhuwit = dhuit = uang
kreat kreot = bunyi onderdil sepeda yang rusak atau sudah using.
menyervis = memperbaiki sepeda karena onderdilnya rusak atau mengganti onderdil using dengan onderdil baru.
=============================
KEBAIKAN DI TENGAH SENJA
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.

KEBAIKAN DI TENGAH SENJA
Kisah yang tercipta dari kehidupan nyata rakyat Surabaya.
Kejadian di Surabaya, Senin 20 Februari 2017
Ditulis di Surabaya, Selasa 21 Februari  2017
Dipublikasikan pada hari Selasa 21 Februari  2017
Dipublikasikan pertama kali di blog http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id

Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006

Penulis juga seorang Pengajar, Cerpenis, dan Penyair

Friday, February 10, 2017

Verses of Eternal Love : Syair Keabadian Cinta

VERSES OF ETERNAL LOVE
Written by Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
SYAIR KEABADIAN CINTA
Gubahan Ikhsan, S.Pd., M.Pd.

Sengaja menjajar kata-kata
agar berasa dan bertahta
pesona syair keabadian cinta
pada kilauan dunia nyata

karena ini bukanlah dusta
bukan pula suara derita
namun ialah penghibur bertitah
dan penyejuk nasehat kata

kapan datangnya cinta sejati?
semua orang akan mengerti
jawaban yang benar pasti
sejak lahir hingga mati

ketika manusia dalam balutan
cinta yang tiada rentan
maka ada kebahagiaan bertautan
menghapus segala raga kepenatan

Cinta sejati, siapa pemberinya?
Pasti tuhan yang Mahakaya
bukan pangeran bukan saya
bukan raja bukanlah sahaya

Cinta sejati teruntuk ilahi
bukan teruntuk kekasih dinikahi
karena dorongan nafsu birahi
yang selama ini merusuhi

Walau debu-debu jalan
menaburi cinta dengan pelan
terlihatlah cinta seterang rembulan
sekalipun gelap malam menelan

mengapa cinta menjadi lahan
pelampiasan dirasuki nafsu tipuan
dari manusia yang ditahan
oleh ambisi harta murahan

Aku bercinta kerana hakikat
Bukan kerana tingginya pangkat
yang cuma sekejap melekat
lalu lepaslah tali pengikat
                                                                   
Duhai cinta, abadilah selalu
walau padamu tersayat sembilu
usahlah pergi karena malu
Usahlah hilang karena pilu

Putihlah cinta pada jiwa
mengalir bebas seperti nyawa
hidup menyatu laksana hawa
menghapus lara raga tua

Meski raga makin rapuh
secercah cinta masih ampuh
jangan pikirkan bisa lumpuh
walau zaman berubah menyepuh

Tak lapuk oleh waktu
tak remuk oleh batu
kerana Tuhan telah membantu
mengatur keabadian cinta bersatu

S E L E S A I
TERIMA KASIH
=============================
Beberapa Istilah:
=============================

SYAIR KEABADIAN CINTA
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.

SYAIR KEABADIAN CINTA
Diambil dari kisah kehidupan rakyat desa
Lokasi Peristiwa : Sepanjang perjalanan kehidupan.
Kejadian : Sepanjang perjalanan kehidupan.
Ditulis di Sidoarjo-Gresik-Surabaya, Senin 26 Desember 2016 sampai Kamis 9 Februari 2017

Dipublikasikan pertama kali di blog http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id
Dipublikasikan pertama kali pada hari Jumat 10 Februari 2017

Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006
Penulis masih aktif sebagai dosen matematika di perguruan tinggi swasta.
Penulis masih aktif menjadi instruktur matematika di Ma'had Tahfidzul Qur’an setingkat SMP/MTs - SMA/MA.
Penulis masih aktif menyusun syair.






All the titles can be read in this link (Click on here)
Daftar semua judul dapat di baca di link sini ( Klik di sini)