Life is the struggle

The struggle needs the sacrifice of the body, the soul, and everything to actualize the hope, the dream, and the love.
Hidup ini Sebuah Perjuangan.
Perjuangan Perlu Pengorbanan atas Jiwa, Raga, dan Segala Kepunyaan demi Terwujudnya Harapan, Impian, Cita-cita, dan Cinta.

Putaran Kehidupan (Rotation of Life)

Life in the World rightly rotates and Walks; it is certainty.
Kehidupan Dunia Berputar dan Berjalan; ialah Keniscayaan

Jembatan Kehidupan (The Bridge of the World)
Ikhsan Falihi pada Sebuah Jembatan

Andai Jembatan ini adalah Penghubung Tujuan. Niscaya Lautan Luas Ini Adalah KEILMUAN. Ijinkan Kuberpijak dan Kumelalui Jembatan Keilmuan tuk Meraih Keselamatan dan Keberhasilan.

IKHSAN Falihi di Pinggir Laut.
(IKHSAN Falihi On The Seaside)

Andai Lautan Itu Luasnya Rinduku, Maka Bentangan Rindu Tiada Surut. Begitu pun Jua Kalian Puas Melarungkan Berjuta IMPIAN.

Penangkal Covid-19

Makanan Penambah Kekebalan Tubuh untuk Menangkal Covid-19

Monday, August 13, 2018

Sprinkling in Silence 25 ( Percikan dalam Kesunyian 25 ) :Grup Sewot Cemberut


GRUP SEWOT CEMBERUT
Oleh Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
(Ikhsan Falihi Sang Penyair Pinggir Kali)

“Maz, ketinggalan informasi kalau nggak gabung ke grup. Kita ngikut aja ke semua grup Facebook dan Whatsapp.“ ungkap Fenty yang memamerkan seabrek grup yang diikuti sambil menunjuk beberapa gambar ikon yang memenuhi halaman muka telepon genggam yang baru dibeli di Plaza Marina Surabaya via online purchasing. Si Klowor cuma bisa terbengong-bengong memperhatikan daftar grup yang diikuti Fenty.
“Lagian persahabatan makin erat dan mesra kalau udah di dalam grup-grup yang ada. Sewaktu-waktu tahu apa yang terjadi di komunitas persahabatan. Kita bisa nimbrung bersama. Coba kalau sendirian, hmmm nggak ada yang diajak ngobrol. Dijamin garing sendiri.” tambah Fenty dengan dandanan minal-minul..
Pikir-pikir makin lama agaknya argument Fenty semakin meyakinkan hasrat Klowor. Ia tahu beberapa orang sempat merundingkan betapa pentingnya membentuk grup. Bagai lidi yang apabila tunggal ia tak berguna apa-apa, paling-paling cuma bisa alat tusuk kue klepon milik kang Tarjo, Namun apabila beberapa lidi disatukan dalam ikatan, mereka kuat dalam melaksanakan aktifitasnya. Ikatan lidi-lidi tersebut sanggup menyapu lantai atau menggebuk lawan dan rrivalnya.
Renungan demi renungan ia pertimbangkan. Dibolak-balik dan dibuka-buka beberapa grup Facebook dan grup Whatsapp. Akhirnya Klowor pun percaya saran Fenty. Tanpa membuang-buang waktu Klowor mulai masuk ke suatu grup. Ia harap bisa nimbrung dan menguatkan persahabatan. Demi keterasingan dalam kesendirian Klowor rela segalanya dipersembahkan buat beberapa grup yang dicinta. Ia meluangkan waktu untuk sekadar ngintip beberapa grup, bahkan mengalokasikan dana keperluan internetan di grupnya.
Dari ratusan grup Facebook dan Whatsapp yang dikuti Klowor hanya beberapa grup yang menjadi jujugan ngobrol dan sharing, selebihnya cukup dijadikan grup intip-intipan.
Klowor keasyikan nimbrung di suatu grup, katakan GRUP SEWOT CEMBERUT. Awalnya solid bak batu karang yang tak mempan diterjang gelombang lautan kehidupan. Kemesraan dan keharuman mulai tumbuh. Setiap personel grup saling menyirami keutuhan kasih sayang demi kuatnya ikatan GRUP SEWOT CEMBERUT.
Waktu demi waktu berlalu, masing-masing personel kian menampakkan keegoannya. Ada yang pamer mobilnya mewah, ada yang pamer jabatannya memuncak bak bukit hijau tanpa kegersangan, ada yang sering selfi di mal-mal mewah di setiap kota wisata bahkan hotel besar menjadi ikonnya, tak luput pula kekayaan yang ditampilkan bagai perlombaan sepak bola dunia.
Gandrem yang sedikit punya hati walau pendidikannya rendah, ia mencoba berfatwa ala kampungan, “Ngomongnya kok belepotan gitu. Kok sering mengumbar nafsu membicarakan aib temannya ya. Bahkan mengumbar selera demi kesenangan pribadinya walau sebatas chatting. “
Kontan saja si Comet berseloroh,”Lain orang lain kepala cak, lain kepala lain pikiran, pikiran orang beda, selera orang beda, nafsunya beda, gaya bicara orang beda. Mengertilah perbedaan dalam pertemanan. Jangan mudah tersinggungan. Biarkan aja mereka mengekspresikan kebebasan. nikmati aja grup ini.”
Si Comet berkelit mlulu. Ada benarnya si Gandrem yang nggak lulus SMA, cuma sebatas lulusan SMP.
Waktu terus berlalu.
Maksud personel merimbunkan persahabatan lewat Grup Sewot Cemberut. Puji-memuji semakin menjamur tiap pagi, secangkir kopi dihidangkan setiap pagi orang personel-personel cantik di saat personel gagah tampan masih mlungker mendengkur. Bahkan sapaan berbaur ciuman ditebar demi segarnya pagi berkasih. Walau semua itu sebatas chatting. Semua orang bakal ketawa kepingkal-pingkal atau cemberut atau bahkan merasa tersanjung seribu tahun andai tulisan komentar-komentar di grup sewot di ekspos ke publik.
“cieiyhhh…., ramai sekali grup ini. Meriah sekali grup ini. Aku ketinggalan dari tadi. Udah sampai 1000 komentar lebih aku nggak sanggup membacanya. Komentar sebanyak ini mirip Koran ya. Masak baru sehari nggak membuka grup komentar udah mencapai seribu lebih.” teriak Gembroh yang ketinggalan nimbrung di grup.
Si Gembroh yang doyan ngrumpi di Grup Sewot Cemberut ini menjadi ketagihan. Berita apa saja dimasukkan ke grup, yang penting asyik buat ngrumpi. Gembroh mulai beraksi. Beberapa rekannya terpancing, yang semula sekadar ngintip kini menjadi cuat-cuit, komennya makin percaya diri mempengaruhi orang rajin ngrumpi.
Kang Ceplot nggak mau ketinggalan, ia mencoba menindih dan menumpangi komentar Gembroh dengan ngrumpian baru. “Halo Mami Cantik…, Apa kabar, sayangku?” sapa Ceplot kepada semua personel grup. Kontan saja si Ucrit yang lagi sendirian kesepian dalam mengarungi bahtera rumah tangganya menjadi tersihir oleh sapaan gombal Ceplot. “Eahh…, cayangku, apa kabar papa sayang? Sehari tak ketemu rasanya sewindu.“ celetuk Ucrit.
“Pantas aja tiba-tiba aku nyidham udang windu.” timpal Gembroh yang mulai terpengaruh ngrumpian baru.
Ngrumpian itu berlanjut tanpa batas waktu.
Sementara lainnya juga asyik ngrumpi dengan topic tersendiri. Biarpun satu grup tetapi sekali ngrumpi bisa puluhan bahan ngrumpian.
Tiba-tiba nyelonong video yang beradegan minal-minul masuk ke grup. Rupanya si Clumit yang mengunggahnya. Semua personel yang asyik ngrumpi sejenak memutar video itu. Ouhw…., adegan minal-minul yang mengiringi lagu satu cinta satu hati plus suara Clumit yang aduhoi mengundang decak kagum Si Gripo. Kontan saja Gripo menebarkan komentar-komentar cinta. Serasa kemarau panjang dalam kekeringan cinta Gripo merasa tersiram segarnya hujan cinta dari gambar dan suara Clumit yang terabadikan dalam video murahan.
“Lumayan pengobat lelah”
“Terima Kasih, Clumit”
 Clumit pun membalas dengan gambar senyuman mengembang.
“Asyiiiiiiik…..”
“Lagiiiiiii…”
“Asyiiiiikkkkk…”
“Asyiiiiiiiiiikkk…”
“Lagi Clumittttttt”
Entahlah, setan mana yang merasuk ke jiwa dan pikiran Gripo, komentarnya begitu kesetanan.
“Jangaaaan…, nanti sawanen” tolak Clumit.
 Sambut Gripo dengan cekakan tawa kegirangan,
“Hahahahahhh….”
“Tidak apa-apa”
“Edan, biarlah nggak apa-apa”
“Sama-sama edan juga Clumit”
Clumit pun membalas dengan gambar orang jatuh cinta terkiwir-kiwir. Berikutnya ia mengirim  gambar orang ketawa ngakak.
Semua personel Grup Sewot Cemberut sukses membangun mahligai kasih sayang.
Merasa berlebihan dengan keadaan grup cemberut, kang Gophar mengingatkan dengan komentar-komentar tajamnya.
“ini bukan grup cemberut, tapi tong sampah”
“Masak, grup cemberut tiap hari dipakai ajang ngrumpi.” tulis Gophar yang merasa terlempar dari grup karena tak selihai Clumit dan Gripo dalam rayu-merayu.
“Udah tua-tua, beranak semua, bahkan ada yang udah cucu-cucu kok semua pada doyan ngrasani kancane, membicarakan aib temannya, tubuh orang dipakai ajang ngrumpi. Cepat sadarlah, sadarlah. Semua udah tua, bukan anak-anak.”
“Kalau manggil-manggil orang mbok ya yang sopan.”
“Di antara personel grup cemberut ada yang muballigh, penceramah, guru, pedagang, pejabat peerintah, sopir, petani, teknisi, dan lain-lain.”
Tak Terima dengan nasehat kang Gophar, si Fentil bersuara lantang dengan mimik cemberut.
“Ei…, enak-enak meriah kayak gini grupnya dibilang tong sampah.”
“Nggak usah ngreken omongan Gophar.”
“Aku aja merasa bahagia dengan adanya grup ini. Terbentuknya grup ini telah mengobati kesedihan hidupku. Aku selama ini kesepian, kini segalanya telah kudapatkan dari grup ini.”
“Gak usah nggubris omongan Gophar.”
“Bisa-bisa buyar grup ini. Aku sedih lagi.”
“Ini aja senangnya bukan kepalang bisa ketemuan teman lama berpisah.”
Kontan saja personel lain yang sehaluan dengan Fentil menantang keras, mereka sudah nggak setuju dengan nasehat Gophar.
“Iya kok…, masak grup kita dibilang tong sampah.”
“Jangan digubris ucapan Gophar. Pancet ae si Gophar tuh. Udah gak jaman lagi. Terus aja , nggak usah ngributin makhluk jadul”
Si Bongel pun teriak keras,”Hhancuuuuuuurrr, jooom”
Tampaknya personel lain yang tidak sehaluan dengan Fentil diam-diam memperhatikan komentarnya.
Gophar pun sewot bahkan sewot cemberut seperti personel lain yang nggak berani komentar. Beberapa personel lain memilih diam.
Keadaan demi keadaan telah terlewatkan.
Kondisi demi kondisi berhasil dilalui.
Sampai pada sebuah titik nadir, kondisi grup betul-betul menggapai ranah sewot cemberut.
“Mulai detik ini saya umumkan kepada semua personel grup. Saya putuskan keluar dari grup. Maaf, jangan ditanya mengapa dan kenapa saya keluar dari grup.”
Tulisan itu menghiasi wajah grup sewot cemberut.
Ia muncul dari nomor si Nansi.
Nansi yang selama ini tergolong primadona grup cemberut tak disangka-sangka mengundurkan diri dari Grup Sewot Cemberut. Padahal ia sehari-harinya komentar melulu di grup. Bahkan ia selfi rapi bagai artis dan ucapannya terkadang dimiripkan fatwa pujangga. Clotehannya kerap menghias komentar grup Sewot Cemberut.
Beberapa personel mengirimkan gambar orang menangis. Selang beberapa saat kemudian kang Bodroh diam-diam keluar dari grup SEWOT CEMBERUT mengikuti jejak langkah Nansi. Polemik seputar keluarnya Nansi dan Bodroh menjadi tak dapat disangkal.
“Jangan ada yang keluar lagi ya. Entar grup ini bubar. Aku baru menemukan hiburan kok begini jadinya.” ungkap si Fentil dengan menyertakan gambar emosi sedih menangis.
“Lama nggak jumpa, baru bisa ketemuan dan bersua di grup kok malah keluar. Aku puas bersua dan bercurah pada teman lama. Kesendirian telah hilang.” urai air mata Clumit.
Beberapa personel lainnya yang kurang diperhatikan pun diam-diam keluar dari grup cemberut, entah mengapa. Padahal sehari-harinya mereka nggak pernah komentar. Tapi anehnya personel-personel yang menjadi penggagas grup tidak mempedulikan kepergian personel yang namanya nggak terkenal.
Beberapa waktu kemudian
Clumit mengirim foto berhijab. Tiba-tiba komentar nangkring,”Sebenarnya, kalau pakai hijab ya cantiiiiiiik sekali.” Rupanya si Kadip yang doyan selfi mulai usil mengomentari.
Si Clumit beraksi jengkel sewot cemberut.
“Memangnya aku nggak cantik dari dulu.. Cuma butuh kesiapan hati, mental, dan lain-lain buat bisa berhijab penuh.”
Perang komentar pun terjadi, beberapa personel lain nggak nggubris. Masih asyik ngrumpi dengan lain topik. Komentar ngrumpi saling tindih-menindih dengan topik lain jenis.
“Bisalah”
“”Semua butuh proses…….!!!!”
“”Mau sampai kapan harus berproses??!!!” tanya Kadip.

Si Fany ikut nylonong komentar dalam perang komentar tersebut,”Hukumnya wajib bagi perempuan muslimah’
Perang komentar pun berlanjut.
“Siiiiiip, jempooooll”
“Pokoknya urusan aqidah jangan ditawar-tawar”
“Apalagi perempuan muslimah yang sudah bernikah wajib hukumnya berhijab.”
Clumit berteriak keras, “Ini grup apa sih?!!!!”
“Grup islamik, tau!!!!!!” bentak Kadip.
“Grup yang bermanfaat nasehat-menasehati, kadang bermanfaat guyon, jagong.”
“Mulai sekarang tolong diganti nama grupnya!!!! Cepat!!!!!” pinta Clumit.
“Atau saya keluar aja…..! Kayaknya saya salah masuk grup ini…..!!!! Bikin malas aja,….!!!! bikin sebel aja” geram Clumit.
“Ai ai ai….., oii…, ada apa ini!”
“Janganlah macam begitu, tak baik. Itu bukan misi grup kita. Kalau dikit-dikit macam begitu bisa muncul masalah nanti.”
“Slowwwww…., alooonnnn…, kaleeeeeemmmm…., Walaupun bokong panas kepala harus dingin.”teriak Benol yang mulai risih dengan perang komentar yang berbeda dengan topik ngrumpi
“OK, saya saja yang keluar. Sebabnya saya baru masuk anggota grup. Tak ada masalah saya keluar. Sayangku buat kalian semua, bye bye bye bye…..”
“No comment!!!”
“Mohon maaf kalau kurang berkenan, aku menyimak aja. Takut salah ucap.”
Semua anggota personel grup terkaget dengan perang komentar grup Sewot Cemberut. Semula anggota personel yang cuek dengan perang komentar kini menghentikan ngrumpinya berbelok arah ikut nimbrung untuk menghentikan perang komentar.
“Jangan keluar. Di luar kedinginan. Banyak angin ntar masuk angin.”
“”Halo-halo, ada apa ya? Kok ribut-ribut begini. Saya barusan dari luar. Pengumuman!! Pengumuman!! Saya harus masuk karena di luar kedinginan, dingin sekali banyak angin. Aku takut masuk angin. Jangan keluar. Nanti kedinginan. Coba bayangkan sedingin ini berani keluar sendirian kedinginan, apa nggak takut kesepian dan kedinginan sendirian. ”
“Ada apa denganmu mbak Clumit? “
“Maaf ya ini grup Sewot Cemberut, jangan bikin perbedaan hijab. Mbak Clumit marah.”
“Udah udah udah udahlah berhenti. Mbahas roti bakar aja.”
Sontak aja personel lain ikut komentar.
“Apa grup cemberut harus berhijab? Kalau itu syaratnya aku harus keluar aja. Maaf aku belum siap lahir batin buat berhijab. Maaf kalau aku ada salah.” teriak lantang si Grinah yang mengikuti jejak Clumit, sekalian mbela Clumit.
Beberapa personel lainnya berusaha menhgentikan perang komentar dengan begini
“Bakar singkong aja”
“Enak tenan”
“Bakar gembili ae”
“Bakar ketela rambat aja”
“Bongkeng”
“Bakar singkong aja”
“Owh enaknya dibakar di bawah sinar rembulan”
“Ya cocok, bahan bakarnya damen”
“Bakar jagung aja. Ngajak pak komendan.”
“Jagung udah abis, dimakan tikus. Banyak tikus macam tuh. Ini aja siap nyerang padi.”
“Jagung di tempatku nglimbruk, ombyokan, mblader. Bisa dibawah pulang. Emang sengaja kuamankan dari serangan tikus-tikus busuk.”
Seorang personel nylonong komentar,“Emang tujuan kita mengingatkan bagi seorang muslimah, tapi kalau yang dingatkan nggak berkenan yang biarlah, mohon maaf aja.”
“Healaaaa…., terserahlah semuanya. Aku menyimak aja daripada bicara salah.”
“Haaaahhh…., udahlah…, nggak taulah apa maumu, bakar apa situ yang penting jangan makan talah mentah, ntar gatal semua, gak ada obatnya.
Akhirnya semuanya diam dan tak ada komentar satu pun. Malam pun begitu larut. Semuanya terhipnotis oleh gelora kesunyian malam hingga tak sadarkan diri semua terlelap dalam tidurnya. Grup cemberut cuma bisa sewot karena ditinggal penghuninya yang aduhai dalam buaian dengkuran malam. Grup cemberut tak kuasa menahan sewot pengikutnya, dan penghuninya tak mau mengerti bahwa nama grup cuma sebatas nama, sejatinya sewot cemberut tiada yang tahu. Grup Sewot Cemberut hanya sebatas tong sampah untuk pembuangan kesedihan, terkadang hanya sebatas mall untuk melariskan dagangan, terkadang sebatas aula buat ngrumpi dan pamer kekayaan dan jabatan serta pangkat. Namun pengikut grup tak mengerti jika grup Sewot Cemberut makin cemberut tak mendapat kompensasi sewaktu anggota bersenang-senang pesta raya.

SELESAI
TERIMA KASIH
=============================
KOSA-KATA
=============================
Beberapa Istilah:
Chatting = obrolan via dunia internet
Seabrek= banyak sekali.
Garing = kering
Online purchasing = pembelian online
Sharing = berbagi cerita, keluh kesah, atau informasi persoalan.
Mlungker = tidur miring dengan gaya seperti binatang udang sungai.
Di ekspos = Diumumkan secara bebas meluas ke khalayak ramai
Doyan = senang sekali.
Nyidham = hasrat kepada sesuatu makanan atau minuman yang tak tertahankan.
Sawanen = kaget kebablasan sakit masuk angina panas dingin.
Ngrasani = menggunjing
Kancane = temannya, kawannya, sahabatnya
Edan = tergila-gila
Ngreken = menggubris = memperhatikan
Pancet ae = masih tetap begitu terus.
Damen = batang padi yang mana padinya sudah terpisah dari batangnya.
Bye bye bye bye = selamat berpisah
No comment = tanpa sepatah kata
Ombyokan = ikatan jagung yang masih belum dikupas kulitnya.
Nglimbruk = kondisi jagung yang berserakan di lantai menumpuk banyak.
Gembili = sejenis tanaman yang terpendam di dalam tanah seperti singkong,  kalau mentah kulitnya berwarna mirip warna dalam labu dan isinya putih.
Bongkeng = sejenis ketela rambat yang terserang penyakit.

=============================
GRUP SEWOT CEMBERUT
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.

GRUP SEWOT CEMBERUT
Ditulis di Surabaya, Minggu, 29 Juli 2018
Dipublikasikan pada hari Senin, 13 Agustus 2018 Pukul  14:34 WIB.
Dipublikasikan pertama kali di blog http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id

Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006
Penulis masih aktif sebagai dosen matematika.
Penulis masih aktif menjadi instruktur matematika di ma'had Tahfidzul Qur’an setingkat SMP/MTs - SMA/MA.
Penulis adalah cerpenis dan penyair.



All the titles can be read in this link (Click on here)
Daftar semua judul dapat di baca di link sini ( Klik di sini)