Life is the struggle

The struggle needs the sacrifice of the body, the soul, and everything to actualize the hope, the dream, and the love.
Hidup ini Sebuah Perjuangan.
Perjuangan Perlu Pengorbanan atas Jiwa, Raga, dan Segala Kepunyaan demi Terwujudnya Harapan, Impian, Cita-cita, dan Cinta.

Putaran Kehidupan (Rotation of Life)

Life in the World rightly rotates and Walks; it is certainty.
Kehidupan Dunia Berputar dan Berjalan; ialah Keniscayaan

Jembatan Kehidupan (The Bridge of the World)
Ikhsan Falihi pada Sebuah Jembatan

Andai Jembatan ini adalah Penghubung Tujuan. Niscaya Lautan Luas Ini Adalah KEILMUAN. Ijinkan Kuberpijak dan Kumelalui Jembatan Keilmuan tuk Meraih Keselamatan dan Keberhasilan.

IKHSAN Falihi di Pinggir Laut.
(IKHSAN Falihi On The Seaside)

Andai Lautan Itu Luasnya Rinduku, Maka Bentangan Rindu Tiada Surut. Begitu pun Jua Kalian Puas Melarungkan Berjuta IMPIAN.

Penangkal Covid-19

Makanan Penambah Kekebalan Tubuh untuk Menangkal Covid-19

Tuesday, August 28, 2018

Sprinkling in Silence 26 (Percikan dalam Kesunyian 26) : Katamu Tak Sesuci Debu

KATAMU TAK SESUCI DEBU
Oleh Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
(Ikhsan Falihi Si Penyair Pinggir Kali)

“Bah, udah pulangkah?” sapa bunda Juminten.
“Udah, Miy” jawab si Ganowo.
“Tadi Abah Bodroh pesan ke jamaah pengajian bahwasanya hari raya idul adha udah dekat. Bersiap-siaplah untuk korban kambing gendhut.” celetuk si Ganowo.
“Lalu apa maumu, Bah? Masak kambing kita cuma lima masih kunthingen, yang gendhut cuma satu malah harus dikorbankan. Mikir Bah!!!! Jangan asal korban ini korban itu!! Mikir masa depan kita, Bah!!!! Kita ini hidup di jaman modern susah cari duit dan susah membesarkan ternak kambing.” terang bunda Juminten.
“Lhoooooh….., kok tambah ngajak gegeran. Saya kan cuma menyampaikan pesan abah Bodroh. Lagi pula beberapa waktu lalu Abah Comet kan udah pesan yang sama juga. Jangan langsung sewot begitulah. “ tegas si Ganowo sambil menyampirkan sarung ke gantungan kamar tengah.
Beberapa hari kemudian idul adha tiba. Takbiran pun bergema di pagi itu.
Sayup terdengar oleh telinga bunda Juminten. Kekhawatiran bunda Juminten udah merasuk ubun-ubun. Sesekali ia menengok kandang kambing. Dihitungnya dengan teliti tanpa kedip. Legalah sudah kambing yang ia punya masih genap.
“Mbeeek…, mbeeek…, mbeeek…..,mbeeeek…,”
Kambing Sunoyoh dituntun melewati depan rumah bunda Juminten. Sementara bunda Juminten mengintip dari celah jendela kamar depan.
Para jamaah pun mulai menyaksikan kambing Sunoyoh yang diikat tak jauh dari halaman sholat idul qurban. Seluruh pandangan mata tertuju pada kambing gendhut milik Sunoyoh.
Di khutbah idul qurban abah Bodroh dan abah Comet bergantian menambahkan ceramahnya.
“Sedekahkan kepada sesama yang menderita dan korbankan apa yang kalian punya demi cinta kepada Allah!” dengan berapi-api suaranya lantang di depan mikrofon. Terdengar hingga kejauhan bahkan sampai ke kelurahan sebelah. Kambing pun mengembik keras sejadi-jadinya. Entah apa yang terjadi padanya, mungkin bahagia sebentar lagi memasuki pintu pengorbanan atau mungkin takut suara abah Bodroh dan abah Comet yang begitu lantang dan keras.
Kalimat-kalimat yang sama diulang-ulang demi meyakinkan jamaah agar semua jamaah tergugah mengorbankan ternak.
Tak cukup dengan suara lantang, dalil yang ngetren diambil dari Al Quran dan Al Hadits disitir dan dibeber ke jamaah. Si Gandrem yang sedikit ngantuk sontak terkaget dari duduknya yang membungkuk hampir keningnya mencium alas shalat.
Pengumuman nama-nama jamaah yang akan korban diumumkan. Mendengar suara pengumuman keras dari loudspeaker di sela-sela takbiran, hati bunda Juminten makin teriris-iris.
Kambing gendhut satu-satunya kambing kesayangan digenggam erat dan dijaga ketat. Gincu merah sebagai penanda kesukaan dioles-oleskan ke tubuh gendhut kambing agar mudah dalam pengawasan.
Acara penyembelihan dimulai.
Para jamaah yang menyaksikan pun diminta melafalkan takbir mengikuti petunjuknya. Suara abah Bodroh dan abah Comet dienak-enakkan sampai-sampai keselak. Tak seperti biasanya acaranya dikhusyuk-khusyukkan. Puji-pujian akan nama Sunoyoh terdengar memenuhi udara sekitarnya. Beberapa orang yang saat itu menyerahkan kambing dan sapi juga disebut namanya dan dipuji-puji setinggi langit. Mereka pun manggut-manggut senyum. Sebagian mesam-mesem terbuai sanjungan yang menggema dari loudspeaker.
Mendengar riuh rendah takbiran mengiringi cucuran darah dari urat nadi hewan, Si Ceplis yang masih kanak-kanak merengek menangis meminta ibunya untuk dikorbankan seperti seekor kambing gendhut. Tangannya menunjuk-nunjuk kearah kandang ayam sambil merengek-rengek. Ayam babon yang disukainya disuruh menyerahkan ke panitia kurban. Tak tega anaknya merengek terus ibunya mengambil ayam babon untuk diserahkan ke panitia qurban untuk disembelih bersama kambing dan sapi.
“petog petog!!! Petog petog…!!!!!” suara ayam babon yang sedang bertelur itu terpaksa harus disembelih. Semakin berisik suara ayam babon, si Ceplis makin jengkel. Ayam itu tambah dijiwiti dan dicengkeram punggungnya. Ceplis dan ayam babon digendong ibunya, kali ini kaki ceplis membelit mengikat erat perut ibunya sementara mukanya menggigit-gigit melampiaskan amarah, sesekali tangan kecil mungilnya dipukul-pukulkan ke kepala ayam babon.
“Lhowh…., mau dibawa kemana ayamnya bu Tulkiyem.” tanya tetangganya.
“iniloh si Ceplis minta dikorbankan seperti kang Noyoh.” ujar bu Tulkiyem.
“Nggak boleh, kurban kok ayam babon. Kurban ya kambing atau sapi. Nggak sah kurbannya.” bentak panitia kurban.
“Ya ya ya udahlah sini, sini ayam babonnya. Terima aja untuk makan-makan bersama! Sembelih aja sini! Untuk tambahan daging kurban. Jangan ribut-ribut melulu!” jawab abah Bodroh dan abah Comet.
Kini semua sudah rampung. Acara masak-memasak sudah lewat. Hindangan yang di ruang panitia telah siap.
Penthol Colek, Sate Gule gedhe-gedhe, Empal Gepuk, Rendang Asam Manis, dan beberapa buah-buahan berpose mesra di sekitar Daging Pepes.
“Selamat, selamatlah kambing gendhutku. Tidak disantap Bodroh dan Comet hari ini.” pikir bunda Juminten.
“Jangan makan dulu, ayo selfi bareng-bareng. Untuk publikasi acara kurban kita!!!!!” teriak Comet.
Usai selfi dan pose menungging, anak buah Bodroh mempublikasikan kerjaannya ke internet online.
Melihat ulah mereka, kontan saja Si Gandrem membisikkan sesuatu ke telinga Wanijo,”Si Bodroh dan si Comet pura-pura lupa. Beberapa waktu lalu berucap padaku.” Begini lhoh,”Sedekahkan kepada sesama yang menderita dan korbankan apa yang kau punya demi cinta kepada Allah.”
Ucapnya mantap dan fasih seperti orang suci. Dalil Al Quran dan Al Hadits disampaikan dengan logat menarik supaya jamaah rela berkorban demi kepentingan umat.
Giliran idul qurban dah usai, Bodroh dan Comet tak kuasa melepas daging kurbannya demi penderitaan masyarakat Lombok. Daging kurban pemberian jamaahnya hanya untuk melemaskan tenggorokan dan mengenakkan perutnya sendiri. Kalau begitu caranya yo akeh tunggale, seperti itu nglimbruk, wong ngono iku ombyokan jaman sekarang.”
Gambar-gambar daging kurban pun nongol di grup-grup internet online.
Bodroh tak menghiraukan lagi sekelilingnya. Pikiran dan nafsu makan terlanjur merasuk. Perut keroncongan telah menyanyikan lagu pengorbanan dengan detak napas kelaparan.
Parahnya, Bodroh dan Comet mesam-mesem rela anak buahnya posting dan selfi bersama penthol colek, sate gule, dan empal gepuk yang dibuat dari daging kurban jamaah. Pengorbanan Bodroh  berupa gembar-gembor sekian lama menjelang idul qurban dipublikasikan biar masyarakat tahu bahwa mereka sukses dalam ritual kurban. Perilaku yang dulu manjur untuk menebus kufur kini tak seampuh menutup lubang semut. Nasehat yang dulu tulus, suci, dan bermarwah kini tak sesuci debu.
SELESAI
TERIMA KASIH
=============================
KOSA-KATA
=============================
Beberapa Istilah:
Kunthingen – kurus kering tapi sehat.
Gendhut = gemuk mulus menyenangkan.
Gegeran = pertikaian sambil perdebatan.
Loudspeaker = pengeras suara.
Keselak = ludah yang masuk ke rongga tenggorokan dan kerongkongan secara bersama-sama secara tidak sengaja saat bersuara atau berbicara.
Bareng-bareng = bersama-sama seiring sejalan seia sekata.
Mesam-mesem = senyum- senyum bahagia disertai wajah ceria mengembang.
Ayam babon = ayam betina yang gemuk dan mudah bertelur.
Gedhe-gedhe = besar-besar.
Penderitaan masyarakat Lombok = penderitaan akibat gempa bumi berskala 6,4 SR di Lombok Nusa Tenggara Barat pada hari minggu 29 Juli 2018.
Akeh tunggale = banyak. kawan-kawannya yang bersikap sama dengan itu.
Wong ngono iku = orang seperti itu.
Ombyokan = ikatan buah-buahan atau biji-bijian.
Nglimbruk = kondisi benda yang berserakan di lantai menumpuk banyak.
Bermarwah = bermartabat.
=============================
KATAMU TAK SESUCI DEBU
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.
KATAMU TAK SESUCI DEBU
Ditulis di Surabaya, Minggu, 26 Agustus 2018
Dipublikasikan pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 Pukul  02:30 WIB dinihari.
Dipublikasikan pertama kali di blog http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id atau http://ikhsanfalihi.blogspot.com
Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006
Penulis masih aktif sebagai dosen matematika.
Penulis masih aktif menjadi instruktur matematika di ma'had Tahfidzul Qur’an setingkat SMP/MTs - SMA/MA.
Penulis adalah cerpenis dan penyair.


All the titles can be read in this link (Click on here)
Daftar semua judul dapat di baca di link sini ( Klik di sini)