Friday, March 10, 2017
Sprinkling in Silence 19 (Percikan dalam Kesunyian 19) : Love without Light (Cinta tanpa Cahaya)
3/10/2017 02:51:00 PM
Kisah Sunyi
LOVE
WITHOUT LIGHT
Written
by Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
CINTA TANPA
CAHAYA
Karya Ikhsan,
S.Pd., M.Pd.
“Bunga dalam salju tetap hidup
meskipun dalam beku” begitulah kiranya Monayyah mengungkapkan rasa
cintanya di musim salju pada lelaki yang baru saja dikenalnya.
Tiada
keraguan sedikit pun pada dirinya. Lentera cinta yang konon kabarnya menjadi
penerang sekaligus penghangat cinta, kali ini padam karena gumpalan salju pada
ranah persinggahan sementara. Walau begitu siapa sangka Monayyah mulai
kesengsem dengan tampilan luar wajah Johnadi, lelaki yang kini hidup sementara
di musim dingin setelah menghabiskan saat-saat terindahnya di musim semi.
Monayyah
bukanlah sosok baru di panggung percintaan, ia pemain lama, yang malang
melintang di rimba cinta. Tentu tidak asing baginya untuk merenangi samudera
cintanya. Tapi kali ini bukan hanya lentera yang padam, semua cahaya di ufuk
timur mulai gelap ditelan salju keabadian. Ia hanya hidup dengan dinginnya
salju cinta yang acap kali membekukan segala apa yang ada di sekelilingnya.
Sungguh
anggun nan jelita wajah Monayyah. Kesemuanya nampak serupa bunga-bunga yang
tertutupi salju menumpuk berserakan. Ia berharap salju terbakar dalam
kehangatan cinta yang pernah dibuainya. Dicarilah celah-celah cahaya dari
setiap lorong-lorong kehidupan. Namun apalah daya cahaya itu telah sirna dan
tak ditemukan, rekahan cahaya di ufuk timur tetap tak kunjung muncul, awan
menggelayut menutup tanpa batas waktu, bunga dalam salju tetap hidup dalam
beku.
Tidak
hanya itu kerinduan akan kapan bunga-bunga menjadi berseri kala tiba cahaya
memenuhi dunia, itu hanyalah isapan jempol, yang jelas realitas membuktikan
kebenaran salju telah melenyapkan cahaya, bahkan langit pun tertutup awan
hingga keceriaan yang terbit setiap pagi di ufuk sana hanya jeruji kebekuan dan
kehampaan.
Tak
seorang pun mengira Monayyah telah melupakan sejarah kehidupannya. Sinar-sinar
kehidupan yang pernah ia bangun dengan sekuat tenaga dari jiwanya kini telah
lenyap oleh ambisi nafsu keserakahan. Ia masih menunggu kapan datangnya lentera
cinta, cahaya keabadian, dan cahaya jiwa dari seputih cintanya yang telah
hilang. Saatnya cahaya lenyap, saatnya salju membekukan alam kehidupan.
Kini
ia rasakan dunia tak lagi dipenuhi bunga-bunga berseri.
“Hay…., lagi ngapa di Indonesia?”
Berdebar-debar
perasaan Monayyah membaca pesan melalui messenger. Ia pun mencari tempat
berteduh, nyaman, dan aman dari tatapan orang di sekelilingnya.
Ditulislah
pesan balasan lewat messenger,”Lagi
aktifitas masak.” Mata Monayyah jelalatan lirik kiri lirik kanan khawatir
ada orang yang mengetahuinya. Kemudian dipencet tombol kirim pesan
messenger. Telepon genggam segera
dimatikan lalu dimasukkan ke baju dengan ekstra hati-hati.
Besoknya
Johnadi mengirim foto-foto cakep dan penuh gaya masa kini sambil meminta foto
Monayyah. Pikiran dan perasaan Monayyah makin was-was dengan suami dan anaknya.
Maklum pesan messenger kali ini masuk pada saat Monayyah melepas lelah usai
kerja seharian, sementara di kanan kirinya anak-anaknya mendengar dering pesan
messenger masuk. Anak-anaknya tidak komentar karena mereka pikir itu hanyalah
informasi dari tempat kerja bundanya.
Hari
demi hari Monayyah diliputi kecemasan. Demi menghibur diri dan mencari isi hati
kekasih yang baru dilirik, ia pun mengirim messenger ke lelaki pujaan yang
tinggal di Kota musim dingin.
“Pertama bertemu denganmu di
kelas Bahasa asing.
Rasanya masih biasa saja.
Hari kedua saya merasakan ada
dorongan dalam hatiku untuk menatapmu.
Hari ketiga aku semakin takut
karena rasa ini membuat aku gelisah.
Malam terakhir di pertemuan kelas
Bahasa asing di negara bersalju ini aku
semakin sedih. Karena aku berfikir tidak akan ketemu kamu lagi, aku menangis
sepanjang malam.memohon pada tuhan untuk menghilangkan rasa ini.
Tidak ada rasa senang saat dalam perjalanan
pulang ke Indonesia.
Sampai di rumah pun aku merasakan
hampa, kosong.
Sampai akhirnya kamu sms bahwa
saat itu kamu sedang berada di bandara Amerika.
Selanjutnya kita mengutarakan
perasaan kita satu sama lain, kita saling mencintai.
Hari demi hari cinta kita semakin
dalam.
Kita saling bercerita kegiatan
kita sehari-hari.
Setiap menit, setiap jam kita
saling memberi kabar tentang kegiatan yang kita lakukan. Saat sholat, saat
makan, saat di jalan, bahkan mau tidur pun semuanya kita ceritakan satu sama
lain.
Bahkan kita saling berkirim foto
untuk menghilangkan rasa rindu.
Kita berdua berfikir bagaimana
caranya agar kita bertemu lagi.
Hari ke hari kita semakin dekat
walau jarak memisahkan kita, walau kita berada di musim berbeda.
Semua apa yang kita pikirkan juga
sama.“
Begitulah
isi messenger yang mengabadikan cinta mereka berdua. Messenger telah
menghantarkan pesan-pesan singkat antara Monayyah dan Johnadi. Messenger telah
merajut ikatan cinta mereka berdua walau keduanya telah berumah tangga.
...................................
.............................................
(BERSAMBUNG................)
Nantikan selengkapnya kisah Cinta Tanpa Cahaya pada pada sambungan berikutnya.........................
=============================
CINTA TANPA CAHAYA
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.
CINTA TANPA CAHAYA
Diambil dari kisah kehidupan
rakyat kota
Lokasi Peristiwa sepanjang
perjalanan kehidupan antar negara.
Ditulis di Surabaya, Kamis 10
Nopember 2016
Dipublikasikan
pertama kali pada hari Jumat 10 Maret 2017
Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana)
Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan
S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006
Penulis adalah seorang pengajar, penyair,
dan cerpenis.
Daftar semua judul dapat di baca di link sini ( Klik di sini)