Life is the struggle

The struggle needs the sacrifice of the body, the soul, and everything to actualize the hope, the dream, and the love.
Hidup ini Sebuah Perjuangan.
Perjuangan Perlu Pengorbanan atas Jiwa, Raga, dan Segala Kepunyaan demi Terwujudnya Harapan, Impian, Cita-cita, dan Cinta.

Putaran Kehidupan (Rotation of Life)

Life in the World rightly rotates and Walks; it is certainty.
Kehidupan Dunia Berputar dan Berjalan; ialah Keniscayaan

Jembatan Kehidupan (The Bridge of the World)
Ikhsan Falihi pada Sebuah Jembatan

Andai Jembatan ini adalah Penghubung Tujuan. Niscaya Lautan Luas Ini Adalah KEILMUAN. Ijinkan Kuberpijak dan Kumelalui Jembatan Keilmuan tuk Meraih Keselamatan dan Keberhasilan.

IKHSAN Falihi di Pinggir Laut.
(IKHSAN Falihi On The Seaside)

Andai Lautan Itu Luasnya Rinduku, Maka Bentangan Rindu Tiada Surut. Begitu pun Jua Kalian Puas Melarungkan Berjuta IMPIAN.

Penangkal Covid-19

Makanan Penambah Kekebalan Tubuh untuk Menangkal Covid-19

Friday, March 10, 2017

Sprinkling in Silence 19 (Percikan dalam Kesunyian 19) : Love without Light (Cinta tanpa Cahaya)

LOVE WITHOUT LIGHT
Written by Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
CINTA TANPA CAHAYA
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
“Bunga dalam salju tetap hidup meskipun dalam beku” begitulah kiranya Monayyah mengungkapkan rasa cintanya di musim salju pada lelaki yang baru saja dikenalnya.
Tiada keraguan sedikit pun pada dirinya. Lentera cinta yang konon kabarnya menjadi penerang sekaligus penghangat cinta, kali ini padam karena gumpalan salju pada ranah persinggahan sementara. Walau begitu siapa sangka Monayyah mulai kesengsem dengan tampilan luar wajah Johnadi, lelaki yang kini hidup sementara di musim dingin setelah menghabiskan saat-saat terindahnya di musim semi.
Monayyah bukanlah sosok baru di panggung percintaan, ia pemain lama, yang malang melintang di rimba cinta. Tentu tidak asing baginya untuk merenangi samudera cintanya. Tapi kali ini bukan hanya lentera yang padam, semua cahaya di ufuk timur mulai gelap ditelan salju keabadian. Ia hanya hidup dengan dinginnya salju cinta yang acap kali membekukan segala apa yang ada di sekelilingnya.

Sungguh anggun nan jelita wajah Monayyah. Kesemuanya nampak serupa bunga-bunga yang tertutupi salju menumpuk berserakan. Ia berharap salju terbakar dalam kehangatan cinta yang pernah dibuainya. Dicarilah celah-celah cahaya dari setiap lorong-lorong kehidupan. Namun apalah daya cahaya itu telah sirna dan tak ditemukan, rekahan cahaya di ufuk timur tetap tak kunjung muncul, awan menggelayut menutup tanpa batas waktu, bunga dalam salju tetap hidup dalam beku.
Tidak hanya itu kerinduan akan kapan bunga-bunga menjadi berseri kala tiba cahaya memenuhi dunia, itu hanyalah isapan jempol, yang jelas realitas membuktikan kebenaran salju telah melenyapkan cahaya, bahkan langit pun tertutup awan hingga keceriaan yang terbit setiap pagi di ufuk sana hanya jeruji kebekuan dan kehampaan.

Tak seorang pun mengira Monayyah telah melupakan sejarah kehidupannya. Sinar-sinar kehidupan yang pernah ia bangun dengan sekuat tenaga dari jiwanya kini telah lenyap oleh ambisi nafsu keserakahan. Ia masih menunggu kapan datangnya lentera cinta, cahaya keabadian, dan cahaya jiwa dari seputih cintanya yang telah hilang. Saatnya cahaya lenyap, saatnya salju membekukan alam kehidupan.
Kini ia rasakan dunia tak lagi dipenuhi bunga-bunga berseri.
“Hay…., lagi ngapa di Indonesia?”
Berdebar-debar perasaan Monayyah membaca pesan melalui messenger. Ia pun mencari tempat berteduh, nyaman, dan aman dari tatapan orang di sekelilingnya.
Ditulislah pesan balasan lewat messenger,”Lagi aktifitas masak.” Mata Monayyah jelalatan lirik kiri lirik kanan khawatir ada orang yang mengetahuinya. Kemudian dipencet tombol kirim pesan messenger.  Telepon genggam segera dimatikan lalu dimasukkan ke baju dengan ekstra hati-hati.
Besoknya Johnadi mengirim foto-foto cakep dan penuh gaya masa kini sambil meminta foto Monayyah. Pikiran dan perasaan Monayyah makin was-was dengan suami dan anaknya. Maklum pesan messenger kali ini masuk pada saat Monayyah melepas lelah usai kerja seharian, sementara di kanan kirinya anak-anaknya mendengar dering pesan messenger masuk. Anak-anaknya tidak komentar karena mereka pikir itu hanyalah informasi dari tempat kerja bundanya.
Hari demi hari Monayyah diliputi kecemasan. Demi menghibur diri dan mencari isi hati kekasih yang baru dilirik, ia pun mengirim messenger ke lelaki pujaan yang tinggal di Kota musim dingin.
“Pertama bertemu denganmu di kelas Bahasa asing.
Rasanya masih biasa saja.
Hari kedua saya merasakan ada dorongan dalam hatiku untuk menatapmu.
Hari ketiga aku semakin takut karena rasa ini membuat aku gelisah.
Malam terakhir di pertemuan kelas Bahasa asing di negara bersalju ini  aku semakin sedih. Karena aku berfikir tidak akan ketemu kamu lagi, aku menangis sepanjang malam.memohon pada tuhan untuk menghilangkan rasa ini.
Tidak ada rasa senang saat dalam perjalanan pulang ke Indonesia.
Sampai di rumah pun aku merasakan hampa, kosong.
Sampai akhirnya kamu sms bahwa saat itu kamu sedang berada di bandara Amerika.
Selanjutnya kita mengutarakan perasaan kita satu sama lain, kita saling mencintai.
Hari demi hari cinta kita semakin dalam.
Kita saling bercerita kegiatan kita sehari-hari.
Setiap menit, setiap jam kita saling memberi kabar tentang kegiatan yang kita lakukan. Saat sholat, saat makan, saat di jalan, bahkan mau tidur pun semuanya kita ceritakan satu sama lain.
Bahkan kita saling berkirim foto untuk menghilangkan rasa rindu.
Kita berdua berfikir bagaimana caranya agar kita bertemu lagi.
Hari ke hari kita semakin dekat walau jarak memisahkan kita, walau kita berada di musim berbeda.
Semua apa yang kita pikirkan juga sama.
Begitulah isi messenger yang mengabadikan cinta mereka berdua. Messenger telah menghantarkan pesan-pesan singkat antara Monayyah dan Johnadi. Messenger telah merajut ikatan cinta mereka berdua walau keduanya telah berumah tangga.


...................................
.............................................
(BERSAMBUNG................)
Nantikan selengkapnya kisah Cinta Tanpa Cahaya pada pada sambungan berikutnya.........................

=============================
CINTA TANPA CAHAYA
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.

CINTA TANPA CAHAYA
Diambil dari kisah kehidupan rakyat kota
Lokasi Peristiwa sepanjang perjalanan kehidupan antar negara.
Ditulis di Surabaya, Kamis 10 Nopember 2016
Dipublikasikan pertama kali di blog http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id
Dipublikasikan pertama kali pada hari Jumat 10 Maret 2017

Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006
Penulis adalah seorang pengajar, penyair, dan cerpenis.


All the titles can be read in this link (Click on here)
Daftar semua judul dapat di baca di link sini ( Klik di sini)