Life is the struggle

The struggle needs the sacrifice of the body, the soul, and everything to actualize the hope, the dream, and the love.
Hidup ini Sebuah Perjuangan.
Perjuangan Perlu Pengorbanan atas Jiwa, Raga, dan Segala Kepunyaan demi Terwujudnya Harapan, Impian, Cita-cita, dan Cinta.

Putaran Kehidupan (Rotation of Life)

Life in the World rightly rotates and Walks; it is certainty.
Kehidupan Dunia Berputar dan Berjalan; ialah Keniscayaan

Jembatan Kehidupan (The Bridge of the World)
Ikhsan Falihi pada Sebuah Jembatan

Andai Jembatan ini adalah Penghubung Tujuan. Niscaya Lautan Luas Ini Adalah KEILMUAN. Ijinkan Kuberpijak dan Kumelalui Jembatan Keilmuan tuk Meraih Keselamatan dan Keberhasilan.

IKHSAN Falihi di Pinggir Laut.
(IKHSAN Falihi On The Seaside)

Andai Lautan Itu Luasnya Rinduku, Maka Bentangan Rindu Tiada Surut. Begitu pun Jua Kalian Puas Melarungkan Berjuta IMPIAN.

Penangkal Covid-19

Makanan Penambah Kekebalan Tubuh untuk Menangkal Covid-19

Tuesday, August 28, 2018

Sprinkling in Silence 26 (Percikan dalam Kesunyian 26) : Katamu Tak Sesuci Debu

KATAMU TAK SESUCI DEBU
Oleh Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
(Ikhsan Falihi Si Penyair Pinggir Kali)

“Bah, udah pulangkah?” sapa bunda Juminten.
“Udah, Miy” jawab si Ganowo.
“Tadi Abah Bodroh pesan ke jamaah pengajian bahwasanya hari raya idul adha udah dekat. Bersiap-siaplah untuk korban kambing gendhut.” celetuk si Ganowo.
“Lalu apa maumu, Bah? Masak kambing kita cuma lima masih kunthingen, yang gendhut cuma satu malah harus dikorbankan. Mikir Bah!!!! Jangan asal korban ini korban itu!! Mikir masa depan kita, Bah!!!! Kita ini hidup di jaman modern susah cari duit dan susah membesarkan ternak kambing.” terang bunda Juminten.
“Lhoooooh….., kok tambah ngajak gegeran. Saya kan cuma menyampaikan pesan abah Bodroh. Lagi pula beberapa waktu lalu Abah Comet kan udah pesan yang sama juga. Jangan langsung sewot begitulah. “ tegas si Ganowo sambil menyampirkan sarung ke gantungan kamar tengah.
Beberapa hari kemudian idul adha tiba. Takbiran pun bergema di pagi itu.
Sayup terdengar oleh telinga bunda Juminten. Kekhawatiran bunda Juminten udah merasuk ubun-ubun. Sesekali ia menengok kandang kambing. Dihitungnya dengan teliti tanpa kedip. Legalah sudah kambing yang ia punya masih genap.
“Mbeeek…, mbeeek…, mbeeek…..,mbeeeek…,”
Kambing Sunoyoh dituntun melewati depan rumah bunda Juminten. Sementara bunda Juminten mengintip dari celah jendela kamar depan.
Para jamaah pun mulai menyaksikan kambing Sunoyoh yang diikat tak jauh dari halaman sholat idul qurban. Seluruh pandangan mata tertuju pada kambing gendhut milik Sunoyoh.
Di khutbah idul qurban abah Bodroh dan abah Comet bergantian menambahkan ceramahnya.
“Sedekahkan kepada sesama yang menderita dan korbankan apa yang kalian punya demi cinta kepada Allah!” dengan berapi-api suaranya lantang di depan mikrofon. Terdengar hingga kejauhan bahkan sampai ke kelurahan sebelah. Kambing pun mengembik keras sejadi-jadinya. Entah apa yang terjadi padanya, mungkin bahagia sebentar lagi memasuki pintu pengorbanan atau mungkin takut suara abah Bodroh dan abah Comet yang begitu lantang dan keras.
Kalimat-kalimat yang sama diulang-ulang demi meyakinkan jamaah agar semua jamaah tergugah mengorbankan ternak.
Tak cukup dengan suara lantang, dalil yang ngetren diambil dari Al Quran dan Al Hadits disitir dan dibeber ke jamaah. Si Gandrem yang sedikit ngantuk sontak terkaget dari duduknya yang membungkuk hampir keningnya mencium alas shalat.
Pengumuman nama-nama jamaah yang akan korban diumumkan. Mendengar suara pengumuman keras dari loudspeaker di sela-sela takbiran, hati bunda Juminten makin teriris-iris.
Kambing gendhut satu-satunya kambing kesayangan digenggam erat dan dijaga ketat. Gincu merah sebagai penanda kesukaan dioles-oleskan ke tubuh gendhut kambing agar mudah dalam pengawasan.
Acara penyembelihan dimulai.
Para jamaah yang menyaksikan pun diminta melafalkan takbir mengikuti petunjuknya. Suara abah Bodroh dan abah Comet dienak-enakkan sampai-sampai keselak. Tak seperti biasanya acaranya dikhusyuk-khusyukkan. Puji-pujian akan nama Sunoyoh terdengar memenuhi udara sekitarnya. Beberapa orang yang saat itu menyerahkan kambing dan sapi juga disebut namanya dan dipuji-puji setinggi langit. Mereka pun manggut-manggut senyum. Sebagian mesam-mesem terbuai sanjungan yang menggema dari loudspeaker.
Mendengar riuh rendah takbiran mengiringi cucuran darah dari urat nadi hewan, Si Ceplis yang masih kanak-kanak merengek menangis meminta ibunya untuk dikorbankan seperti seekor kambing gendhut. Tangannya menunjuk-nunjuk kearah kandang ayam sambil merengek-rengek. Ayam babon yang disukainya disuruh menyerahkan ke panitia kurban. Tak tega anaknya merengek terus ibunya mengambil ayam babon untuk diserahkan ke panitia qurban untuk disembelih bersama kambing dan sapi.
“petog petog!!! Petog petog…!!!!!” suara ayam babon yang sedang bertelur itu terpaksa harus disembelih. Semakin berisik suara ayam babon, si Ceplis makin jengkel. Ayam itu tambah dijiwiti dan dicengkeram punggungnya. Ceplis dan ayam babon digendong ibunya, kali ini kaki ceplis membelit mengikat erat perut ibunya sementara mukanya menggigit-gigit melampiaskan amarah, sesekali tangan kecil mungilnya dipukul-pukulkan ke kepala ayam babon.
“Lhowh…., mau dibawa kemana ayamnya bu Tulkiyem.” tanya tetangganya.
“iniloh si Ceplis minta dikorbankan seperti kang Noyoh.” ujar bu Tulkiyem.
“Nggak boleh, kurban kok ayam babon. Kurban ya kambing atau sapi. Nggak sah kurbannya.” bentak panitia kurban.
“Ya ya ya udahlah sini, sini ayam babonnya. Terima aja untuk makan-makan bersama! Sembelih aja sini! Untuk tambahan daging kurban. Jangan ribut-ribut melulu!” jawab abah Bodroh dan abah Comet.
Kini semua sudah rampung. Acara masak-memasak sudah lewat. Hindangan yang di ruang panitia telah siap.
Penthol Colek, Sate Gule gedhe-gedhe, Empal Gepuk, Rendang Asam Manis, dan beberapa buah-buahan berpose mesra di sekitar Daging Pepes.
“Selamat, selamatlah kambing gendhutku. Tidak disantap Bodroh dan Comet hari ini.” pikir bunda Juminten.
“Jangan makan dulu, ayo selfi bareng-bareng. Untuk publikasi acara kurban kita!!!!!” teriak Comet.
Usai selfi dan pose menungging, anak buah Bodroh mempublikasikan kerjaannya ke internet online.
Melihat ulah mereka, kontan saja Si Gandrem membisikkan sesuatu ke telinga Wanijo,”Si Bodroh dan si Comet pura-pura lupa. Beberapa waktu lalu berucap padaku.” Begini lhoh,”Sedekahkan kepada sesama yang menderita dan korbankan apa yang kau punya demi cinta kepada Allah.”
Ucapnya mantap dan fasih seperti orang suci. Dalil Al Quran dan Al Hadits disampaikan dengan logat menarik supaya jamaah rela berkorban demi kepentingan umat.
Giliran idul qurban dah usai, Bodroh dan Comet tak kuasa melepas daging kurbannya demi penderitaan masyarakat Lombok. Daging kurban pemberian jamaahnya hanya untuk melemaskan tenggorokan dan mengenakkan perutnya sendiri. Kalau begitu caranya yo akeh tunggale, seperti itu nglimbruk, wong ngono iku ombyokan jaman sekarang.”
Gambar-gambar daging kurban pun nongol di grup-grup internet online.
Bodroh tak menghiraukan lagi sekelilingnya. Pikiran dan nafsu makan terlanjur merasuk. Perut keroncongan telah menyanyikan lagu pengorbanan dengan detak napas kelaparan.
Parahnya, Bodroh dan Comet mesam-mesem rela anak buahnya posting dan selfi bersama penthol colek, sate gule, dan empal gepuk yang dibuat dari daging kurban jamaah. Pengorbanan Bodroh  berupa gembar-gembor sekian lama menjelang idul qurban dipublikasikan biar masyarakat tahu bahwa mereka sukses dalam ritual kurban. Perilaku yang dulu manjur untuk menebus kufur kini tak seampuh menutup lubang semut. Nasehat yang dulu tulus, suci, dan bermarwah kini tak sesuci debu.
SELESAI
TERIMA KASIH
=============================
KOSA-KATA
=============================
Beberapa Istilah:
Kunthingen – kurus kering tapi sehat.
Gendhut = gemuk mulus menyenangkan.
Gegeran = pertikaian sambil perdebatan.
Loudspeaker = pengeras suara.
Keselak = ludah yang masuk ke rongga tenggorokan dan kerongkongan secara bersama-sama secara tidak sengaja saat bersuara atau berbicara.
Bareng-bareng = bersama-sama seiring sejalan seia sekata.
Mesam-mesem = senyum- senyum bahagia disertai wajah ceria mengembang.
Ayam babon = ayam betina yang gemuk dan mudah bertelur.
Gedhe-gedhe = besar-besar.
Penderitaan masyarakat Lombok = penderitaan akibat gempa bumi berskala 6,4 SR di Lombok Nusa Tenggara Barat pada hari minggu 29 Juli 2018.
Akeh tunggale = banyak. kawan-kawannya yang bersikap sama dengan itu.
Wong ngono iku = orang seperti itu.
Ombyokan = ikatan buah-buahan atau biji-bijian.
Nglimbruk = kondisi benda yang berserakan di lantai menumpuk banyak.
Bermarwah = bermartabat.
=============================
KATAMU TAK SESUCI DEBU
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.
KATAMU TAK SESUCI DEBU
Ditulis di Surabaya, Minggu, 26 Agustus 2018
Dipublikasikan pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 Pukul  02:30 WIB dinihari.
Dipublikasikan pertama kali di blog http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id atau http://ikhsanfalihi.blogspot.com
Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006
Penulis masih aktif sebagai dosen matematika.
Penulis masih aktif menjadi instruktur matematika di ma'had Tahfidzul Qur’an setingkat SMP/MTs - SMA/MA.
Penulis adalah cerpenis dan penyair.

Monday, August 13, 2018

Sprinkling in Silence 25 ( Percikan dalam Kesunyian 25 ) :Grup Sewot Cemberut


GRUP SEWOT CEMBERUT
Oleh Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
(Ikhsan Falihi Sang Penyair Pinggir Kali)

“Maz, ketinggalan informasi kalau nggak gabung ke grup. Kita ngikut aja ke semua grup Facebook dan Whatsapp.“ ungkap Fenty yang memamerkan seabrek grup yang diikuti sambil menunjuk beberapa gambar ikon yang memenuhi halaman muka telepon genggam yang baru dibeli di Plaza Marina Surabaya via online purchasing. Si Klowor cuma bisa terbengong-bengong memperhatikan daftar grup yang diikuti Fenty.
“Lagian persahabatan makin erat dan mesra kalau udah di dalam grup-grup yang ada. Sewaktu-waktu tahu apa yang terjadi di komunitas persahabatan. Kita bisa nimbrung bersama. Coba kalau sendirian, hmmm nggak ada yang diajak ngobrol. Dijamin garing sendiri.” tambah Fenty dengan dandanan minal-minul..
Pikir-pikir makin lama agaknya argument Fenty semakin meyakinkan hasrat Klowor. Ia tahu beberapa orang sempat merundingkan betapa pentingnya membentuk grup. Bagai lidi yang apabila tunggal ia tak berguna apa-apa, paling-paling cuma bisa alat tusuk kue klepon milik kang Tarjo, Namun apabila beberapa lidi disatukan dalam ikatan, mereka kuat dalam melaksanakan aktifitasnya. Ikatan lidi-lidi tersebut sanggup menyapu lantai atau menggebuk lawan dan rrivalnya.
Renungan demi renungan ia pertimbangkan. Dibolak-balik dan dibuka-buka beberapa grup Facebook dan grup Whatsapp. Akhirnya Klowor pun percaya saran Fenty. Tanpa membuang-buang waktu Klowor mulai masuk ke suatu grup. Ia harap bisa nimbrung dan menguatkan persahabatan. Demi keterasingan dalam kesendirian Klowor rela segalanya dipersembahkan buat beberapa grup yang dicinta. Ia meluangkan waktu untuk sekadar ngintip beberapa grup, bahkan mengalokasikan dana keperluan internetan di grupnya.
Dari ratusan grup Facebook dan Whatsapp yang dikuti Klowor hanya beberapa grup yang menjadi jujugan ngobrol dan sharing, selebihnya cukup dijadikan grup intip-intipan.
Klowor keasyikan nimbrung di suatu grup, katakan GRUP SEWOT CEMBERUT. Awalnya solid bak batu karang yang tak mempan diterjang gelombang lautan kehidupan. Kemesraan dan keharuman mulai tumbuh. Setiap personel grup saling menyirami keutuhan kasih sayang demi kuatnya ikatan GRUP SEWOT CEMBERUT.
Waktu demi waktu berlalu, masing-masing personel kian menampakkan keegoannya. Ada yang pamer mobilnya mewah, ada yang pamer jabatannya memuncak bak bukit hijau tanpa kegersangan, ada yang sering selfi di mal-mal mewah di setiap kota wisata bahkan hotel besar menjadi ikonnya, tak luput pula kekayaan yang ditampilkan bagai perlombaan sepak bola dunia.
Gandrem yang sedikit punya hati walau pendidikannya rendah, ia mencoba berfatwa ala kampungan, “Ngomongnya kok belepotan gitu. Kok sering mengumbar nafsu membicarakan aib temannya ya. Bahkan mengumbar selera demi kesenangan pribadinya walau sebatas chatting. “
Kontan saja si Comet berseloroh,”Lain orang lain kepala cak, lain kepala lain pikiran, pikiran orang beda, selera orang beda, nafsunya beda, gaya bicara orang beda. Mengertilah perbedaan dalam pertemanan. Jangan mudah tersinggungan. Biarkan aja mereka mengekspresikan kebebasan. nikmati aja grup ini.”
Si Comet berkelit mlulu. Ada benarnya si Gandrem yang nggak lulus SMA, cuma sebatas lulusan SMP.
Waktu terus berlalu.
Maksud personel merimbunkan persahabatan lewat Grup Sewot Cemberut. Puji-memuji semakin menjamur tiap pagi, secangkir kopi dihidangkan setiap pagi orang personel-personel cantik di saat personel gagah tampan masih mlungker mendengkur. Bahkan sapaan berbaur ciuman ditebar demi segarnya pagi berkasih. Walau semua itu sebatas chatting. Semua orang bakal ketawa kepingkal-pingkal atau cemberut atau bahkan merasa tersanjung seribu tahun andai tulisan komentar-komentar di grup sewot di ekspos ke publik.
“cieiyhhh…., ramai sekali grup ini. Meriah sekali grup ini. Aku ketinggalan dari tadi. Udah sampai 1000 komentar lebih aku nggak sanggup membacanya. Komentar sebanyak ini mirip Koran ya. Masak baru sehari nggak membuka grup komentar udah mencapai seribu lebih.” teriak Gembroh yang ketinggalan nimbrung di grup.
Si Gembroh yang doyan ngrumpi di Grup Sewot Cemberut ini menjadi ketagihan. Berita apa saja dimasukkan ke grup, yang penting asyik buat ngrumpi. Gembroh mulai beraksi. Beberapa rekannya terpancing, yang semula sekadar ngintip kini menjadi cuat-cuit, komennya makin percaya diri mempengaruhi orang rajin ngrumpi.
Kang Ceplot nggak mau ketinggalan, ia mencoba menindih dan menumpangi komentar Gembroh dengan ngrumpian baru. “Halo Mami Cantik…, Apa kabar, sayangku?” sapa Ceplot kepada semua personel grup. Kontan saja si Ucrit yang lagi sendirian kesepian dalam mengarungi bahtera rumah tangganya menjadi tersihir oleh sapaan gombal Ceplot. “Eahh…, cayangku, apa kabar papa sayang? Sehari tak ketemu rasanya sewindu.“ celetuk Ucrit.
“Pantas aja tiba-tiba aku nyidham udang windu.” timpal Gembroh yang mulai terpengaruh ngrumpian baru.
Ngrumpian itu berlanjut tanpa batas waktu.
Sementara lainnya juga asyik ngrumpi dengan topic tersendiri. Biarpun satu grup tetapi sekali ngrumpi bisa puluhan bahan ngrumpian.
Tiba-tiba nyelonong video yang beradegan minal-minul masuk ke grup. Rupanya si Clumit yang mengunggahnya. Semua personel yang asyik ngrumpi sejenak memutar video itu. Ouhw…., adegan minal-minul yang mengiringi lagu satu cinta satu hati plus suara Clumit yang aduhoi mengundang decak kagum Si Gripo. Kontan saja Gripo menebarkan komentar-komentar cinta. Serasa kemarau panjang dalam kekeringan cinta Gripo merasa tersiram segarnya hujan cinta dari gambar dan suara Clumit yang terabadikan dalam video murahan.
“Lumayan pengobat lelah”
“Terima Kasih, Clumit”
 Clumit pun membalas dengan gambar senyuman mengembang.
“Asyiiiiiiik…..”
“Lagiiiiiii…”
“Asyiiiiikkkkk…”
“Asyiiiiiiiiiikkk…”
“Lagi Clumittttttt”
Entahlah, setan mana yang merasuk ke jiwa dan pikiran Gripo, komentarnya begitu kesetanan.
“Jangaaaan…, nanti sawanen” tolak Clumit.
 Sambut Gripo dengan cekakan tawa kegirangan,
“Hahahahahhh….”
“Tidak apa-apa”
“Edan, biarlah nggak apa-apa”
“Sama-sama edan juga Clumit”
Clumit pun membalas dengan gambar orang jatuh cinta terkiwir-kiwir. Berikutnya ia mengirim  gambar orang ketawa ngakak.
Semua personel Grup Sewot Cemberut sukses membangun mahligai kasih sayang.
Merasa berlebihan dengan keadaan grup cemberut, kang Gophar mengingatkan dengan komentar-komentar tajamnya.
“ini bukan grup cemberut, tapi tong sampah”
“Masak, grup cemberut tiap hari dipakai ajang ngrumpi.” tulis Gophar yang merasa terlempar dari grup karena tak selihai Clumit dan Gripo dalam rayu-merayu.
“Udah tua-tua, beranak semua, bahkan ada yang udah cucu-cucu kok semua pada doyan ngrasani kancane, membicarakan aib temannya, tubuh orang dipakai ajang ngrumpi. Cepat sadarlah, sadarlah. Semua udah tua, bukan anak-anak.”
“Kalau manggil-manggil orang mbok ya yang sopan.”
“Di antara personel grup cemberut ada yang muballigh, penceramah, guru, pedagang, pejabat peerintah, sopir, petani, teknisi, dan lain-lain.”
Tak Terima dengan nasehat kang Gophar, si Fentil bersuara lantang dengan mimik cemberut.
“Ei…, enak-enak meriah kayak gini grupnya dibilang tong sampah.”
“Nggak usah ngreken omongan Gophar.”
“Aku aja merasa bahagia dengan adanya grup ini. Terbentuknya grup ini telah mengobati kesedihan hidupku. Aku selama ini kesepian, kini segalanya telah kudapatkan dari grup ini.”
“Gak usah nggubris omongan Gophar.”
“Bisa-bisa buyar grup ini. Aku sedih lagi.”
“Ini aja senangnya bukan kepalang bisa ketemuan teman lama berpisah.”
Kontan saja personel lain yang sehaluan dengan Fentil menantang keras, mereka sudah nggak setuju dengan nasehat Gophar.
“Iya kok…, masak grup kita dibilang tong sampah.”
“Jangan digubris ucapan Gophar. Pancet ae si Gophar tuh. Udah gak jaman lagi. Terus aja , nggak usah ngributin makhluk jadul”
Si Bongel pun teriak keras,”Hhancuuuuuuurrr, jooom”
Tampaknya personel lain yang tidak sehaluan dengan Fentil diam-diam memperhatikan komentarnya.
Gophar pun sewot bahkan sewot cemberut seperti personel lain yang nggak berani komentar. Beberapa personel lain memilih diam.
Keadaan demi keadaan telah terlewatkan.
Kondisi demi kondisi berhasil dilalui.
Sampai pada sebuah titik nadir, kondisi grup betul-betul menggapai ranah sewot cemberut.
“Mulai detik ini saya umumkan kepada semua personel grup. Saya putuskan keluar dari grup. Maaf, jangan ditanya mengapa dan kenapa saya keluar dari grup.”
Tulisan itu menghiasi wajah grup sewot cemberut.
Ia muncul dari nomor si Nansi.
Nansi yang selama ini tergolong primadona grup cemberut tak disangka-sangka mengundurkan diri dari Grup Sewot Cemberut. Padahal ia sehari-harinya komentar melulu di grup. Bahkan ia selfi rapi bagai artis dan ucapannya terkadang dimiripkan fatwa pujangga. Clotehannya kerap menghias komentar grup Sewot Cemberut.
Beberapa personel mengirimkan gambar orang menangis. Selang beberapa saat kemudian kang Bodroh diam-diam keluar dari grup SEWOT CEMBERUT mengikuti jejak langkah Nansi. Polemik seputar keluarnya Nansi dan Bodroh menjadi tak dapat disangkal.
“Jangan ada yang keluar lagi ya. Entar grup ini bubar. Aku baru menemukan hiburan kok begini jadinya.” ungkap si Fentil dengan menyertakan gambar emosi sedih menangis.
“Lama nggak jumpa, baru bisa ketemuan dan bersua di grup kok malah keluar. Aku puas bersua dan bercurah pada teman lama. Kesendirian telah hilang.” urai air mata Clumit.
Beberapa personel lainnya yang kurang diperhatikan pun diam-diam keluar dari grup cemberut, entah mengapa. Padahal sehari-harinya mereka nggak pernah komentar. Tapi anehnya personel-personel yang menjadi penggagas grup tidak mempedulikan kepergian personel yang namanya nggak terkenal.
Beberapa waktu kemudian
Clumit mengirim foto berhijab. Tiba-tiba komentar nangkring,”Sebenarnya, kalau pakai hijab ya cantiiiiiiik sekali.” Rupanya si Kadip yang doyan selfi mulai usil mengomentari.
Si Clumit beraksi jengkel sewot cemberut.
“Memangnya aku nggak cantik dari dulu.. Cuma butuh kesiapan hati, mental, dan lain-lain buat bisa berhijab penuh.”
Perang komentar pun terjadi, beberapa personel lain nggak nggubris. Masih asyik ngrumpi dengan lain topik. Komentar ngrumpi saling tindih-menindih dengan topik lain jenis.
“Bisalah”
“”Semua butuh proses…….!!!!”
“”Mau sampai kapan harus berproses??!!!” tanya Kadip.

Si Fany ikut nylonong komentar dalam perang komentar tersebut,”Hukumnya wajib bagi perempuan muslimah’
Perang komentar pun berlanjut.
“Siiiiiip, jempooooll”
“Pokoknya urusan aqidah jangan ditawar-tawar”
“Apalagi perempuan muslimah yang sudah bernikah wajib hukumnya berhijab.”
Clumit berteriak keras, “Ini grup apa sih?!!!!”
“Grup islamik, tau!!!!!!” bentak Kadip.
“Grup yang bermanfaat nasehat-menasehati, kadang bermanfaat guyon, jagong.”
“Mulai sekarang tolong diganti nama grupnya!!!! Cepat!!!!!” pinta Clumit.
“Atau saya keluar aja…..! Kayaknya saya salah masuk grup ini…..!!!! Bikin malas aja,….!!!! bikin sebel aja” geram Clumit.
“Ai ai ai….., oii…, ada apa ini!”
“Janganlah macam begitu, tak baik. Itu bukan misi grup kita. Kalau dikit-dikit macam begitu bisa muncul masalah nanti.”
“Slowwwww…., alooonnnn…, kaleeeeeemmmm…., Walaupun bokong panas kepala harus dingin.”teriak Benol yang mulai risih dengan perang komentar yang berbeda dengan topik ngrumpi
“OK, saya saja yang keluar. Sebabnya saya baru masuk anggota grup. Tak ada masalah saya keluar. Sayangku buat kalian semua, bye bye bye bye…..”
“No comment!!!”
“Mohon maaf kalau kurang berkenan, aku menyimak aja. Takut salah ucap.”
Semua anggota personel grup terkaget dengan perang komentar grup Sewot Cemberut. Semula anggota personel yang cuek dengan perang komentar kini menghentikan ngrumpinya berbelok arah ikut nimbrung untuk menghentikan perang komentar.
“Jangan keluar. Di luar kedinginan. Banyak angin ntar masuk angin.”
“”Halo-halo, ada apa ya? Kok ribut-ribut begini. Saya barusan dari luar. Pengumuman!! Pengumuman!! Saya harus masuk karena di luar kedinginan, dingin sekali banyak angin. Aku takut masuk angin. Jangan keluar. Nanti kedinginan. Coba bayangkan sedingin ini berani keluar sendirian kedinginan, apa nggak takut kesepian dan kedinginan sendirian. ”
“Ada apa denganmu mbak Clumit? “
“Maaf ya ini grup Sewot Cemberut, jangan bikin perbedaan hijab. Mbak Clumit marah.”
“Udah udah udah udahlah berhenti. Mbahas roti bakar aja.”
Sontak aja personel lain ikut komentar.
“Apa grup cemberut harus berhijab? Kalau itu syaratnya aku harus keluar aja. Maaf aku belum siap lahir batin buat berhijab. Maaf kalau aku ada salah.” teriak lantang si Grinah yang mengikuti jejak Clumit, sekalian mbela Clumit.
Beberapa personel lainnya berusaha menhgentikan perang komentar dengan begini
“Bakar singkong aja”
“Enak tenan”
“Bakar gembili ae”
“Bakar ketela rambat aja”
“Bongkeng”
“Bakar singkong aja”
“Owh enaknya dibakar di bawah sinar rembulan”
“Ya cocok, bahan bakarnya damen”
“Bakar jagung aja. Ngajak pak komendan.”
“Jagung udah abis, dimakan tikus. Banyak tikus macam tuh. Ini aja siap nyerang padi.”
“Jagung di tempatku nglimbruk, ombyokan, mblader. Bisa dibawah pulang. Emang sengaja kuamankan dari serangan tikus-tikus busuk.”
Seorang personel nylonong komentar,“Emang tujuan kita mengingatkan bagi seorang muslimah, tapi kalau yang dingatkan nggak berkenan yang biarlah, mohon maaf aja.”
“Healaaaa…., terserahlah semuanya. Aku menyimak aja daripada bicara salah.”
“Haaaahhh…., udahlah…, nggak taulah apa maumu, bakar apa situ yang penting jangan makan talah mentah, ntar gatal semua, gak ada obatnya.
Akhirnya semuanya diam dan tak ada komentar satu pun. Malam pun begitu larut. Semuanya terhipnotis oleh gelora kesunyian malam hingga tak sadarkan diri semua terlelap dalam tidurnya. Grup cemberut cuma bisa sewot karena ditinggal penghuninya yang aduhai dalam buaian dengkuran malam. Grup cemberut tak kuasa menahan sewot pengikutnya, dan penghuninya tak mau mengerti bahwa nama grup cuma sebatas nama, sejatinya sewot cemberut tiada yang tahu. Grup Sewot Cemberut hanya sebatas tong sampah untuk pembuangan kesedihan, terkadang hanya sebatas mall untuk melariskan dagangan, terkadang sebatas aula buat ngrumpi dan pamer kekayaan dan jabatan serta pangkat. Namun pengikut grup tak mengerti jika grup Sewot Cemberut makin cemberut tak mendapat kompensasi sewaktu anggota bersenang-senang pesta raya.

SELESAI
TERIMA KASIH
=============================
KOSA-KATA
=============================
Beberapa Istilah:
Chatting = obrolan via dunia internet
Seabrek= banyak sekali.
Garing = kering
Online purchasing = pembelian online
Sharing = berbagi cerita, keluh kesah, atau informasi persoalan.
Mlungker = tidur miring dengan gaya seperti binatang udang sungai.
Di ekspos = Diumumkan secara bebas meluas ke khalayak ramai
Doyan = senang sekali.
Nyidham = hasrat kepada sesuatu makanan atau minuman yang tak tertahankan.
Sawanen = kaget kebablasan sakit masuk angina panas dingin.
Ngrasani = menggunjing
Kancane = temannya, kawannya, sahabatnya
Edan = tergila-gila
Ngreken = menggubris = memperhatikan
Pancet ae = masih tetap begitu terus.
Damen = batang padi yang mana padinya sudah terpisah dari batangnya.
Bye bye bye bye = selamat berpisah
No comment = tanpa sepatah kata
Ombyokan = ikatan jagung yang masih belum dikupas kulitnya.
Nglimbruk = kondisi jagung yang berserakan di lantai menumpuk banyak.
Gembili = sejenis tanaman yang terpendam di dalam tanah seperti singkong,  kalau mentah kulitnya berwarna mirip warna dalam labu dan isinya putih.
Bongkeng = sejenis ketela rambat yang terserang penyakit.

=============================
GRUP SEWOT CEMBERUT
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.

GRUP SEWOT CEMBERUT
Ditulis di Surabaya, Minggu, 29 Juli 2018
Dipublikasikan pada hari Senin, 13 Agustus 2018 Pukul  14:34 WIB.
Dipublikasikan pertama kali di blog http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id

Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006
Penulis masih aktif sebagai dosen matematika.
Penulis masih aktif menjadi instruktur matematika di ma'had Tahfidzul Qur’an setingkat SMP/MTs - SMA/MA.
Penulis adalah cerpenis dan penyair.


Tuesday, July 24, 2018

Cerpen GRODAG


GRODAG
Oleh Ikhsan
Suasana pagi tak lagi merangkai hati. Bagaimana tidak mbah Emah yang sehari-harinya rutin mencari kayu jati demi sesuap nasi kini tak ada gairah lagi.
Mungkin awan sana sedang menggelayut yang bikin awak malas-malasan kerja atau sekedar bawaan lelah akibat sekian tahun lamanya bersusah payah mendayung perahu kehidupannya.
“Grodag!” suara gedheg yang terbuat dari bambu itu menutupi dinding bagian belakang rumah sedang disingkap untuk terbukanya pintu belakang. Eh, ternyata kayu jati yang sebesar lengan orang dewasa digenggam tangannya. Diam, diam dan ia melangkah pergi setelah suara grodag yang kedua kalinya dari pintu anyaman bambu.
“Mbok, mau kemana?”
“Hmmm, sini loh lagi pergi ke timur?” mbah Emah makin kencang jalan kakinya walau usianya semakin renta.
Janda tua tepi kampung itu sepertinya berharap banyak dari kepergiannya.
Hari itu mulai siang, ia pun berjalan makin jauh dari kampung hingga sampai di suatu batas dusun. Di perjalanan itu mbah Emah menemukan sebatang kayu jati yang mirip peninggalan suaminya dan ukiran yang ada padanya pun mengingatkan dirinya akan kebahagiaan silamnya. Tercengang sejenak, dielus sebatang kayu jati yang sempat patah jadi dua. Ia pun mencari patahan kayu jati lainnya hingga di dekat patahan kayu jati lainnya itu ditemukan kain yang rapuh bertuliskan KAISAR DARI TIMUR.
Perlahan dibacanya tulisan itu, ia manggut-manggut sendirian lalu mengingat-ingat pesan suaminya masa silam. Kisah-kisah silam yang sempat menghanyutkan imajinasinya ke dunia impian yang sama sekali tak terbayangkan oleh penduduk kampungnya. Ia hanya mengingat-ingat perjuangan suaminya yang gigih melakukan perjalanan ke timur demi rejeki nomplok. Namun, segalanya kandas di perjalanan. Kali ini sobekan kain rapuh menjadi sedikit pengingat perjalanan silam dan secercah sinar penunjuk jalan menuju KAISAR DARI TIMUR.
Ia bergegas melangkah menuju gubug tua di sekitar itu. Terlihat dari kejauhan duduk kokoh gubug tua di atas tumpukan batu cadas. Dengan tongkat patah ia gunakan untuk membuka pintu dari belakang. Ia berhati-hati mengamati sekeliling gubug yang bagian belakang terbuat dari kayu jati dan bambu.
“Grodag grodag grodag!!!!” tongkat kayu jati berukir patah ditusuk-tusukkan ke dinding kayu jati rapuh bagian belakang.
“Suara apa nak kok terdengar keras?”
“Ah, nggak ada apa-apa, ayah. Mungkin suara kucing pingin membuka tutup guci ikan. Tapi guci udah tertutup rapat. Nggak bakalan guci itu terbuka oleh binatang buas.”jawab si anak penunggu gubug tua.
“Grodagggggg….!!!!!! Glodag …!!! “
Opo leh, apo leh.., coba tengok tuh ke belakang.” Pinta sang ayah yang hitam kekar bersuara kalem
“Paling-paling anjing yang nyrondhol-nyrondhol pintu belakang. Bukankah semalaman anjing menggonggong kelaparan di hutan belakang. “
“Tapi, nggak seperti biasanya leh. Longlongan anjing semalam pertanda tidak wajar Leh. Itu isyarat ada orang asing atau makhluk asing di sekitar sini. Coba lihat Leh ke belakang.” Pinta sang ayah kepada anaknya yang lagi malas-malasan di balai-balai.
Tidak banyak orang yang tahu gubug tua itu menyimpan banyak rahasia.
“Ayaaah…. Dinding belakang terbuka”
Sang anak berteriak lantang.
“Lhoh kenapa? Emangnya ada manusia yang masuk?”
“Nggak, ayah. Ini bukan tangan manusia. Kalau tangan manusia kasar pasti membekas di dinding yang berabu dan berdebu ini. Lihat tuh ini cuma bekas kayu terjatuh dari ranting jati belakang tuh.”
“Benarlah anakku, itu memang terdorong kayu jati yang rimbun dan rapuh lagi pula kering begini di musim kemarau.
Si janda tua yang mantan petualang menuju KAISAR DARI TIMUR menjadi ketakutan. Ia  menyembunyikan tubuhnya di balik gundukan batu dan tumpukan dinding bambu rapuh. Matanya jelalatan telisik sekelilingnya sambil gemetaran menyembunyikan tubuhnya.
Akhirnya si penunggu gubug tua itu melakukan perencanaan untuk pelaksanaan aksi esok harinya. Rupanya penunggu  gubug tua itu berpikir panjang dan matang. Untuk setiap langkahnya harus dengan perencanaan yang matang.
Perencanaan itu serius dirembug di kamar belakang dekat robohan dinding. Janda tua pun mendengarkan dengan seksama. Tanpa di sadari janda tua itu terkaget ternyata yang dituju bukanlah tempat KAISAR DARI TIMUR. Tapi apa daya ia terlanjur merobohkan dinding pintu itu. Takut dipukul dan dikeroyok ia mencari akal baru sambil memperhatikan sekitarnya. Tiba-tiba dari dinding batu itu tertulis KAISAR DARI TIMUR hanya bisa ditemui dengan sebuah resep BACA, PIKIRKAN, RENCANAKAN, LAKSANAKAN, TEMUKAN. BAWALAH TONGKAT BERUKIR SINAR KESUKSESAN.
Itulah kunci pembuka pintu KAISAR DARI TIMUR. Kaisar itu berada di kota seberang. Sang janda tua pun tersenyum kembali ke dusun harus banyak membaca fase permulaan.
=========
KOSA-KATA
=========
Grodag = sejenis suara dinding dari kayu atau bambu yang terserang aksi usik.
Gedheg = dinding dari kayu atau anyaman bambu.
Leh = panggilan orang tua kepada anaknya di kalangan masyarakat jawa.
Nyrondhol = mendesak sesuatu dinding, benda atau orang ke depan dengan kepala atau badan.
SELESAI

Oleh Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Jenis Cerita : Fiksi.
Ditulis di Surabaya, 1 Juni 2015
Dipublikasikan pertama kali di blog IKHSAN FALIHI http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id
Dipublikasikan pertama kali pada hari Selasa 24 Juli 2018


All the titles can be read in this link (Click on here)
Daftar semua judul dapat di baca di link sini ( Klik di sini)