Tuesday, July 24, 2018
Cerpen GRODAG
7/24/2018 12:30:00 AM
Cerpen Fiksi
GRODAG
Oleh Ikhsan
Suasana pagi tak lagi
merangkai hati. Bagaimana tidak mbah Emah yang sehari-harinya rutin mencari
kayu jati demi sesuap nasi kini tak ada gairah lagi.
Mungkin awan sana sedang
menggelayut yang bikin awak malas-malasan kerja atau sekedar bawaan lelah
akibat sekian tahun lamanya bersusah payah mendayung perahu kehidupannya.
“Grodag!” suara gedheg
yang terbuat dari bambu itu menutupi dinding bagian belakang rumah sedang
disingkap untuk terbukanya pintu belakang. Eh, ternyata kayu jati yang sebesar
lengan orang dewasa digenggam tangannya. Diam, diam dan ia melangkah pergi setelah
suara grodag yang kedua kalinya dari pintu anyaman bambu.
“Mbok, mau kemana?”
“Hmmm, sini loh lagi
pergi ke timur?” mbah Emah makin kencang jalan kakinya walau usianya semakin
renta.
Janda tua tepi kampung itu
sepertinya berharap banyak dari kepergiannya.
Hari itu mulai siang, ia
pun berjalan makin jauh dari kampung hingga sampai di suatu batas dusun. Di
perjalanan itu mbah Emah menemukan sebatang kayu jati yang mirip peninggalan
suaminya dan ukiran yang ada padanya pun mengingatkan dirinya akan kebahagiaan silamnya.
Tercengang sejenak, dielus sebatang kayu jati yang sempat patah jadi dua. Ia
pun mencari patahan kayu jati lainnya hingga di dekat patahan kayu jati lainnya
itu ditemukan kain yang rapuh bertuliskan KAISAR DARI TIMUR.
Perlahan dibacanya
tulisan itu, ia manggut-manggut sendirian lalu mengingat-ingat pesan suaminya
masa silam. Kisah-kisah silam yang sempat menghanyutkan imajinasinya ke dunia
impian yang sama sekali tak terbayangkan oleh penduduk kampungnya. Ia hanya
mengingat-ingat perjuangan suaminya yang gigih melakukan perjalanan ke timur
demi rejeki nomplok. Namun, segalanya kandas di perjalanan. Kali ini sobekan
kain rapuh menjadi sedikit pengingat perjalanan silam dan secercah sinar penunjuk
jalan menuju KAISAR DARI TIMUR.
Ia bergegas melangkah
menuju gubug tua di sekitar itu. Terlihat dari kejauhan duduk kokoh gubug tua
di atas tumpukan batu cadas. Dengan tongkat patah ia gunakan untuk membuka
pintu dari belakang. Ia berhati-hati mengamati sekeliling gubug yang bagian
belakang terbuat dari kayu jati dan bambu.
“Grodag grodag
grodag!!!!” tongkat kayu jati berukir patah ditusuk-tusukkan ke dinding kayu
jati rapuh bagian belakang.
“Suara apa nak kok terdengar
keras?”
“Ah, nggak ada apa-apa,
ayah. Mungkin suara kucing pingin membuka tutup guci ikan. Tapi guci udah
tertutup rapat. Nggak bakalan guci itu terbuka oleh binatang buas.”jawab si
anak penunggu gubug tua.
“Grodagggggg….!!!!!!
Glodag …!!! “
Opo leh, apo leh.., coba
tengok tuh ke belakang.” Pinta sang ayah yang hitam kekar bersuara kalem
“Paling-paling anjing
yang nyrondhol-nyrondhol pintu belakang. Bukankah semalaman anjing menggonggong
kelaparan di hutan belakang. “
“Tapi, nggak seperti
biasanya leh. Longlongan anjing semalam pertanda tidak wajar Leh. Itu isyarat
ada orang asing atau makhluk asing di sekitar sini. Coba lihat Leh ke
belakang.” Pinta sang ayah kepada anaknya yang lagi malas-malasan di
balai-balai.
Tidak banyak orang yang tahu
gubug tua itu menyimpan banyak rahasia.
“Ayaaah…. Dinding
belakang terbuka”
Sang anak berteriak
lantang.
“Lhoh kenapa? Emangnya ada
manusia yang masuk?”
“Nggak, ayah. Ini bukan
tangan manusia. Kalau tangan manusia kasar pasti membekas di dinding yang
berabu dan berdebu ini. Lihat tuh ini cuma bekas kayu terjatuh dari ranting
jati belakang tuh.”
“Benarlah anakku, itu
memang terdorong kayu jati yang rimbun dan rapuh lagi pula kering begini di
musim kemarau.
Si janda tua yang mantan
petualang menuju KAISAR DARI TIMUR menjadi ketakutan. Ia menyembunyikan tubuhnya di balik gundukan
batu dan tumpukan dinding bambu rapuh. Matanya jelalatan telisik sekelilingnya
sambil gemetaran menyembunyikan tubuhnya.
Akhirnya si penunggu gubug
tua itu melakukan perencanaan untuk pelaksanaan aksi esok harinya. Rupanya
penunggu gubug tua itu berpikir panjang
dan matang. Untuk setiap langkahnya harus dengan perencanaan yang matang.
Perencanaan itu serius
dirembug di kamar belakang dekat robohan dinding. Janda tua pun mendengarkan
dengan seksama. Tanpa di sadari janda tua itu terkaget ternyata yang dituju
bukanlah tempat KAISAR DARI TIMUR. Tapi apa daya ia terlanjur merobohkan
dinding pintu itu. Takut dipukul dan dikeroyok ia mencari akal baru sambil
memperhatikan sekitarnya. Tiba-tiba dari dinding batu itu tertulis KAISAR DARI
TIMUR hanya bisa ditemui dengan sebuah resep BACA, PIKIRKAN, RENCANAKAN,
LAKSANAKAN, TEMUKAN. BAWALAH TONGKAT BERUKIR SINAR KESUKSESAN.
Itulah kunci pembuka
pintu KAISAR DARI TIMUR. Kaisar itu berada di kota seberang. Sang janda tua pun
tersenyum kembali ke dusun harus banyak membaca fase permulaan.
=========
KOSA-KATA
=========
Grodag = sejenis suara
dinding dari kayu atau bambu yang terserang aksi usik.
Gedheg = dinding dari
kayu atau anyaman bambu.
Leh = panggilan orang tua
kepada anaknya di kalangan masyarakat jawa.
Nyrondhol = mendesak
sesuatu dinding, benda atau orang ke depan dengan kepala atau badan.
SELESAI
Oleh Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Jenis Cerita : Fiksi.
Ditulis di Surabaya, 1
Juni 2015
Dipublikasikan pertama
kali di blog IKHSAN FALIHI http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id
Dipublikasikan pertama
kali pada hari Selasa 24 Juli 2018
Daftar semua judul dapat di baca di link sini ( Klik di sini)