Tuesday, August 28, 2018
Sprinkling in Silence 26 (Percikan dalam Kesunyian 26) : Katamu Tak Sesuci Debu
8/28/2018 02:28:00 AM
Kisah Sunyi
KATAMU TAK SESUCI DEBU
Oleh Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
(Ikhsan Falihi Si Penyair Pinggir Kali)
“Bah, udah pulangkah?” sapa bunda Juminten.
“Udah, Miy” jawab si Ganowo.
“Tadi Abah Bodroh pesan ke jamaah pengajian bahwasanya hari raya idul adha udah dekat. Bersiap-siaplah untuk korban kambing gendhut.” celetuk si Ganowo.
“Lalu apa maumu, Bah? Masak kambing kita cuma lima masih kunthingen, yang gendhut cuma satu malah harus dikorbankan. Mikir Bah!!!! Jangan asal korban ini korban itu!! Mikir masa depan kita, Bah!!!! Kita ini hidup di jaman modern susah cari duit dan susah membesarkan ternak kambing.” terang bunda Juminten.
“Lhoooooh….., kok tambah ngajak gegeran. Saya kan cuma menyampaikan pesan abah Bodroh. Lagi pula beberapa waktu lalu Abah Comet kan udah pesan yang sama juga. Jangan langsung sewot begitulah. “ tegas si Ganowo sambil menyampirkan sarung ke gantungan kamar tengah.
Beberapa hari kemudian idul adha tiba. Takbiran pun bergema di pagi itu.
Sayup terdengar oleh telinga bunda Juminten. Kekhawatiran bunda Juminten udah merasuk ubun-ubun. Sesekali ia menengok kandang kambing. Dihitungnya dengan teliti tanpa kedip. Legalah sudah kambing yang ia punya masih genap.
“Mbeeek…, mbeeek…, mbeeek…..,mbeeeek…,”
Kambing Sunoyoh dituntun melewati depan rumah bunda Juminten. Sementara bunda Juminten mengintip dari celah jendela kamar depan.
Para jamaah pun mulai menyaksikan kambing Sunoyoh yang diikat tak jauh dari halaman sholat idul qurban. Seluruh pandangan mata tertuju pada kambing gendhut milik Sunoyoh.
Di khutbah idul qurban abah Bodroh dan abah Comet bergantian menambahkan ceramahnya.
“Sedekahkan kepada sesama yang menderita dan korbankan apa yang kalian punya demi cinta kepada Allah!” dengan berapi-api suaranya lantang di depan mikrofon. Terdengar hingga kejauhan bahkan sampai ke kelurahan sebelah. Kambing pun mengembik keras sejadi-jadinya. Entah apa yang terjadi padanya, mungkin bahagia sebentar lagi memasuki pintu pengorbanan atau mungkin takut suara abah Bodroh dan abah Comet yang begitu lantang dan keras.
Kalimat-kalimat yang sama diulang-ulang demi meyakinkan jamaah agar semua jamaah tergugah mengorbankan ternak.
Tak cukup dengan suara lantang, dalil yang ngetren diambil dari Al Quran dan Al Hadits disitir dan dibeber ke jamaah. Si Gandrem yang sedikit ngantuk sontak terkaget dari duduknya yang membungkuk hampir keningnya mencium alas shalat.
Pengumuman nama-nama jamaah yang akan korban diumumkan. Mendengar suara pengumuman keras dari loudspeaker di sela-sela takbiran, hati bunda Juminten makin teriris-iris.
Kambing gendhut satu-satunya kambing kesayangan digenggam erat dan dijaga ketat. Gincu merah sebagai penanda kesukaan dioles-oleskan ke tubuh gendhut kambing agar mudah dalam pengawasan.
Acara penyembelihan dimulai.
Para jamaah yang menyaksikan pun diminta melafalkan takbir mengikuti petunjuknya. Suara abah Bodroh dan abah Comet dienak-enakkan sampai-sampai keselak. Tak seperti biasanya acaranya dikhusyuk-khusyukkan. Puji-pujian akan nama Sunoyoh terdengar memenuhi udara sekitarnya. Beberapa orang yang saat itu menyerahkan kambing dan sapi juga disebut namanya dan dipuji-puji setinggi langit. Mereka pun manggut-manggut senyum. Sebagian mesam-mesem terbuai sanjungan yang menggema dari loudspeaker.
Mendengar riuh rendah takbiran mengiringi cucuran darah dari urat nadi hewan, Si Ceplis yang masih kanak-kanak merengek menangis meminta ibunya untuk dikorbankan seperti seekor kambing gendhut. Tangannya menunjuk-nunjuk kearah kandang ayam sambil merengek-rengek. Ayam babon yang disukainya disuruh menyerahkan ke panitia kurban. Tak tega anaknya merengek terus ibunya mengambil ayam babon untuk diserahkan ke panitia qurban untuk disembelih bersama kambing dan sapi.
“petog petog!!! Petog petog…!!!!!” suara ayam babon yang sedang bertelur itu terpaksa harus disembelih. Semakin berisik suara ayam babon, si Ceplis makin jengkel. Ayam itu tambah dijiwiti dan dicengkeram punggungnya. Ceplis dan ayam babon digendong ibunya, kali ini kaki ceplis membelit mengikat erat perut ibunya sementara mukanya menggigit-gigit melampiaskan amarah, sesekali tangan kecil mungilnya dipukul-pukulkan ke kepala ayam babon.
“Lhowh…., mau dibawa kemana ayamnya bu Tulkiyem.” tanya tetangganya.
“iniloh si Ceplis minta dikorbankan seperti kang Noyoh.” ujar bu Tulkiyem.
“Nggak boleh, kurban kok ayam babon. Kurban ya kambing atau sapi. Nggak sah kurbannya.” bentak panitia kurban.
“Ya ya ya udahlah sini, sini ayam babonnya. Terima aja untuk makan-makan bersama! Sembelih aja sini! Untuk tambahan daging kurban. Jangan ribut-ribut melulu!” jawab abah Bodroh dan abah Comet.
Kini semua sudah rampung. Acara masak-memasak sudah lewat. Hindangan yang di ruang panitia telah siap.
Penthol Colek, Sate Gule gedhe-gedhe, Empal Gepuk, Rendang Asam Manis, dan beberapa buah-buahan berpose mesra di sekitar Daging Pepes.
“Selamat, selamatlah kambing gendhutku. Tidak disantap Bodroh dan Comet hari ini.” pikir bunda Juminten.
“Jangan makan dulu, ayo selfi bareng-bareng. Untuk publikasi acara kurban kita!!!!!” teriak Comet.
Usai selfi dan pose menungging, anak buah Bodroh mempublikasikan kerjaannya ke internet online.
Melihat ulah mereka, kontan saja Si Gandrem membisikkan sesuatu ke telinga Wanijo,”Si Bodroh dan si Comet pura-pura lupa. Beberapa waktu lalu berucap padaku.” Begini lhoh,”Sedekahkan kepada sesama yang menderita dan korbankan apa yang kau punya demi cinta kepada Allah.”
Ucapnya mantap dan fasih seperti orang suci. Dalil Al Quran dan Al Hadits disampaikan dengan logat menarik supaya jamaah rela berkorban demi kepentingan umat.
Giliran idul qurban dah usai, Bodroh dan Comet tak kuasa melepas daging kurbannya demi penderitaan masyarakat Lombok. Daging kurban pemberian jamaahnya hanya untuk melemaskan tenggorokan dan mengenakkan perutnya sendiri. Kalau begitu caranya yo akeh tunggale, seperti itu nglimbruk, wong ngono iku ombyokan jaman sekarang.”
Gambar-gambar daging kurban pun nongol di grup-grup internet online.
Bodroh tak menghiraukan lagi sekelilingnya. Pikiran dan nafsu makan terlanjur merasuk. Perut keroncongan telah menyanyikan lagu pengorbanan dengan detak napas kelaparan.
Parahnya, Bodroh dan Comet mesam-mesem rela anak buahnya posting dan selfi bersama penthol colek, sate gule, dan empal gepuk yang dibuat dari daging kurban jamaah. Pengorbanan Bodroh berupa gembar-gembor sekian lama menjelang idul qurban dipublikasikan biar masyarakat tahu bahwa mereka sukses dalam ritual kurban. Perilaku yang dulu manjur untuk menebus kufur kini tak seampuh menutup lubang semut. Nasehat yang dulu tulus, suci, dan bermarwah kini tak sesuci debu.
SELESAI
TERIMA KASIH
=============================
KOSA-KATA
=============================
Beberapa Istilah:
Kunthingen – kurus kering tapi sehat.
Gendhut = gemuk mulus menyenangkan.
Gegeran = pertikaian sambil perdebatan.
Loudspeaker = pengeras suara.
Keselak = ludah yang masuk ke rongga tenggorokan dan kerongkongan secara bersama-sama secara tidak sengaja saat bersuara atau berbicara.
Bareng-bareng = bersama-sama seiring sejalan seia sekata.
Mesam-mesem = senyum- senyum bahagia disertai wajah ceria mengembang.
Ayam babon = ayam betina yang gemuk dan mudah bertelur.
Gedhe-gedhe = besar-besar.
Penderitaan masyarakat Lombok = penderitaan akibat gempa bumi berskala 6,4 SR di Lombok Nusa Tenggara Barat pada hari minggu 29 Juli 2018.
Akeh tunggale = banyak. kawan-kawannya yang bersikap sama dengan itu.
Wong ngono iku = orang seperti itu.
Ombyokan = ikatan buah-buahan atau biji-bijian.
Nglimbruk = kondisi benda yang berserakan di lantai menumpuk banyak.
Bermarwah = bermartabat.
=============================
KATAMU TAK SESUCI DEBU
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.
KATAMU TAK SESUCI DEBU
Ditulis di Surabaya, Minggu, 26 Agustus 2018
Dipublikasikan pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 Pukul 02:30 WIB dinihari.
Dipublikasikan pertama kali di blog http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id atau http://ikhsanfalihi.blogspot.com
Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006
Penulis masih aktif sebagai dosen matematika.
Penulis masih aktif menjadi instruktur matematika di ma'had Tahfidzul Qur’an setingkat SMP/MTs - SMA/MA.
Penulis adalah cerpenis dan penyair.
Monday, August 13, 2018
Sprinkling in Silence 25 ( Percikan dalam Kesunyian 25 ) :Grup Sewot Cemberut
8/13/2018 02:33:00 PM
Kisah Sunyi
GRUP SEWOT CEMBERUT
Oleh Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
(Ikhsan Falihi Sang Penyair
Pinggir Kali)
“Maz,
ketinggalan informasi kalau nggak gabung ke grup. Kita ngikut aja ke semua grup
Facebook dan Whatsapp.“ ungkap Fenty yang memamerkan seabrek grup yang diikuti
sambil menunjuk beberapa gambar ikon yang memenuhi halaman muka telepon genggam
yang baru dibeli di Plaza Marina Surabaya via online purchasing. Si Klowor cuma
bisa terbengong-bengong memperhatikan daftar grup yang diikuti Fenty.
“Lagian
persahabatan makin erat dan mesra kalau udah di dalam grup-grup yang ada.
Sewaktu-waktu tahu apa yang terjadi di komunitas persahabatan. Kita bisa nimbrung
bersama. Coba kalau sendirian, hmmm nggak ada yang diajak ngobrol. Dijamin
garing sendiri.” tambah Fenty dengan dandanan minal-minul..
Pikir-pikir
makin lama agaknya argument Fenty semakin meyakinkan hasrat Klowor. Ia tahu beberapa
orang sempat merundingkan betapa pentingnya membentuk grup. Bagai lidi yang
apabila tunggal ia tak berguna apa-apa, paling-paling cuma bisa alat tusuk kue
klepon milik kang Tarjo, Namun apabila beberapa lidi disatukan dalam ikatan,
mereka kuat dalam melaksanakan aktifitasnya. Ikatan lidi-lidi tersebut sanggup
menyapu lantai atau menggebuk lawan dan rrivalnya.
Renungan
demi renungan ia pertimbangkan. Dibolak-balik dan dibuka-buka beberapa grup Facebook
dan grup Whatsapp. Akhirnya Klowor pun percaya saran Fenty. Tanpa
membuang-buang waktu Klowor mulai masuk ke suatu grup. Ia harap bisa nimbrung
dan menguatkan persahabatan. Demi keterasingan dalam kesendirian Klowor rela
segalanya dipersembahkan buat beberapa grup yang dicinta. Ia meluangkan waktu
untuk sekadar ngintip beberapa grup, bahkan mengalokasikan dana keperluan
internetan di grupnya.
Dari
ratusan grup Facebook dan Whatsapp yang dikuti Klowor hanya beberapa grup yang
menjadi jujugan ngobrol dan sharing, selebihnya cukup dijadikan grup
intip-intipan.
Klowor
keasyikan nimbrung di suatu grup, katakan GRUP SEWOT CEMBERUT. Awalnya solid
bak batu karang yang tak mempan diterjang gelombang lautan kehidupan. Kemesraan
dan keharuman mulai tumbuh. Setiap personel grup saling menyirami keutuhan
kasih sayang demi kuatnya ikatan GRUP SEWOT CEMBERUT.
Waktu
demi waktu berlalu, masing-masing personel kian menampakkan keegoannya. Ada
yang pamer mobilnya mewah, ada yang pamer jabatannya memuncak bak bukit hijau
tanpa kegersangan, ada yang sering selfi di mal-mal mewah di setiap kota wisata
bahkan hotel besar menjadi ikonnya, tak luput pula kekayaan yang ditampilkan
bagai perlombaan sepak bola dunia.
Gandrem
yang sedikit punya hati walau pendidikannya rendah, ia mencoba berfatwa ala
kampungan, “Ngomongnya kok belepotan gitu. Kok sering mengumbar nafsu membicarakan
aib temannya ya. Bahkan mengumbar selera demi kesenangan pribadinya walau
sebatas chatting. “
Kontan
saja si Comet berseloroh,”Lain orang lain kepala cak, lain kepala lain pikiran,
pikiran orang beda, selera orang beda, nafsunya beda, gaya bicara orang beda. Mengertilah
perbedaan dalam pertemanan. Jangan mudah tersinggungan. Biarkan aja mereka
mengekspresikan kebebasan. nikmati aja grup ini.”
Si
Comet berkelit mlulu. Ada benarnya si Gandrem yang nggak lulus SMA, cuma
sebatas lulusan SMP.
Waktu
terus berlalu.
Maksud
personel merimbunkan persahabatan lewat Grup Sewot Cemberut. Puji-memuji
semakin menjamur tiap pagi, secangkir kopi dihidangkan setiap pagi orang
personel-personel cantik di saat personel gagah tampan masih mlungker
mendengkur. Bahkan sapaan berbaur ciuman ditebar demi segarnya pagi berkasih.
Walau semua itu sebatas chatting. Semua orang bakal ketawa kepingkal-pingkal
atau cemberut atau bahkan merasa tersanjung seribu tahun andai tulisan
komentar-komentar di grup sewot di ekspos ke publik.
“cieiyhhh….,
ramai sekali grup ini. Meriah sekali grup ini. Aku ketinggalan dari tadi. Udah
sampai 1000 komentar lebih aku nggak sanggup membacanya. Komentar sebanyak ini
mirip Koran ya. Masak baru sehari nggak membuka grup komentar udah mencapai
seribu lebih.” teriak Gembroh yang ketinggalan nimbrung di grup.
Si
Gembroh yang doyan ngrumpi di Grup Sewot Cemberut ini menjadi ketagihan. Berita
apa saja dimasukkan ke grup, yang penting asyik buat ngrumpi. Gembroh mulai
beraksi. Beberapa rekannya terpancing, yang semula sekadar ngintip kini menjadi
cuat-cuit, komennya makin percaya diri mempengaruhi orang rajin ngrumpi.
Kang
Ceplot nggak mau ketinggalan, ia mencoba menindih dan menumpangi komentar
Gembroh dengan ngrumpian baru. “Halo Mami Cantik…, Apa kabar, sayangku?” sapa
Ceplot kepada semua personel grup. Kontan saja si Ucrit yang lagi sendirian kesepian
dalam mengarungi bahtera rumah tangganya menjadi tersihir oleh sapaan gombal
Ceplot. “Eahh…, cayangku, apa kabar papa sayang? Sehari tak ketemu rasanya
sewindu.“ celetuk Ucrit.
“Pantas
aja tiba-tiba aku nyidham udang windu.” timpal Gembroh yang mulai terpengaruh
ngrumpian baru.
Ngrumpian
itu berlanjut tanpa batas waktu.
Sementara
lainnya juga asyik ngrumpi dengan topic tersendiri. Biarpun satu grup tetapi
sekali ngrumpi bisa puluhan bahan ngrumpian.
Tiba-tiba
nyelonong video yang beradegan minal-minul masuk ke grup. Rupanya si Clumit
yang mengunggahnya. Semua personel yang asyik ngrumpi sejenak memutar video
itu. Ouhw…., adegan minal-minul yang mengiringi lagu satu cinta satu hati plus
suara Clumit yang aduhoi mengundang decak kagum Si Gripo. Kontan saja Gripo menebarkan
komentar-komentar cinta. Serasa kemarau panjang dalam kekeringan cinta Gripo
merasa tersiram segarnya hujan cinta dari gambar dan suara Clumit yang
terabadikan dalam video murahan.
“Lumayan
pengobat lelah”
“Terima
Kasih, Clumit”
Clumit pun membalas dengan gambar senyuman
mengembang.
“Asyiiiiiiik…..”
“Lagiiiiiii…”
“Asyiiiiikkkkk…”
“Asyiiiiiiiiiikkk…”
“Lagi
Clumittttttt”
Entahlah,
setan mana yang merasuk ke jiwa dan pikiran Gripo, komentarnya begitu kesetanan.
“Jangaaaan…,
nanti sawanen” tolak Clumit.
Sambut Gripo dengan cekakan tawa kegirangan,
“Hahahahahhh….”
“Tidak
apa-apa”
“Edan,
biarlah nggak apa-apa”
“Sama-sama
edan juga Clumit”
Clumit
pun membalas dengan gambar orang jatuh cinta terkiwir-kiwir. Berikutnya ia
mengirim gambar orang ketawa ngakak.
Semua
personel Grup Sewot Cemberut sukses membangun mahligai kasih sayang.
Merasa
berlebihan dengan keadaan grup cemberut, kang Gophar mengingatkan dengan
komentar-komentar tajamnya.
“ini
bukan grup cemberut, tapi tong sampah”
“Masak,
grup cemberut tiap hari dipakai ajang ngrumpi.” tulis Gophar yang merasa
terlempar dari grup karena tak selihai Clumit dan Gripo dalam rayu-merayu.
“Udah
tua-tua, beranak semua, bahkan ada yang udah cucu-cucu kok semua pada doyan
ngrasani kancane, membicarakan aib temannya, tubuh orang dipakai ajang ngrumpi.
Cepat sadarlah, sadarlah. Semua udah tua, bukan anak-anak.”
“Kalau
manggil-manggil orang mbok ya yang sopan.”
“Di
antara personel grup cemberut ada yang muballigh, penceramah, guru, pedagang,
pejabat peerintah, sopir, petani, teknisi, dan lain-lain.”
Tak
Terima dengan nasehat kang Gophar, si Fentil bersuara lantang dengan mimik
cemberut.
“Ei…,
enak-enak meriah kayak gini grupnya dibilang tong sampah.”
“Nggak
usah ngreken omongan Gophar.”
“Aku
aja merasa bahagia dengan adanya grup ini. Terbentuknya grup ini telah
mengobati kesedihan hidupku. Aku selama ini kesepian, kini segalanya telah
kudapatkan dari grup ini.”
“Gak
usah nggubris omongan Gophar.”
“Bisa-bisa
buyar grup ini. Aku sedih lagi.”
“Ini
aja senangnya bukan kepalang bisa ketemuan teman lama berpisah.”
Kontan
saja personel lain yang sehaluan dengan Fentil menantang keras, mereka sudah
nggak setuju dengan nasehat Gophar.
“Iya
kok…, masak grup kita dibilang tong sampah.”
“Jangan
digubris ucapan Gophar. Pancet ae si Gophar tuh. Udah gak jaman lagi. Terus aja
, nggak usah ngributin makhluk jadul”
Si
Bongel pun teriak keras,”Hhancuuuuuuurrr, jooom”
Tampaknya
personel lain yang tidak sehaluan dengan Fentil diam-diam memperhatikan
komentarnya.
Gophar
pun sewot bahkan sewot cemberut seperti personel lain yang nggak berani
komentar. Beberapa personel lain memilih diam.
Keadaan
demi keadaan telah terlewatkan.
Kondisi
demi kondisi berhasil dilalui.
Sampai
pada sebuah titik nadir, kondisi grup betul-betul menggapai ranah sewot
cemberut.
“Mulai
detik ini saya umumkan kepada semua personel grup. Saya putuskan keluar dari
grup. Maaf, jangan ditanya mengapa dan kenapa saya keluar dari grup.”
Tulisan
itu menghiasi wajah grup sewot cemberut.
Ia
muncul dari nomor si Nansi.
Nansi
yang selama ini tergolong primadona grup cemberut tak disangka-sangka
mengundurkan diri dari Grup Sewot Cemberut. Padahal ia sehari-harinya komentar
melulu di grup. Bahkan ia selfi rapi bagai artis dan ucapannya terkadang
dimiripkan fatwa pujangga. Clotehannya kerap menghias komentar grup Sewot Cemberut.
Beberapa
personel mengirimkan gambar orang menangis. Selang beberapa saat kemudian kang
Bodroh diam-diam keluar dari grup SEWOT CEMBERUT mengikuti jejak langkah Nansi.
Polemik seputar keluarnya Nansi dan Bodroh menjadi tak dapat disangkal.
“Jangan
ada yang keluar lagi ya. Entar grup ini bubar. Aku baru menemukan hiburan kok
begini jadinya.” ungkap si Fentil dengan menyertakan gambar emosi sedih
menangis.
“Lama
nggak jumpa, baru bisa ketemuan dan bersua di grup kok malah keluar. Aku puas
bersua dan bercurah pada teman lama. Kesendirian telah hilang.” urai air mata
Clumit.
Beberapa
personel lainnya yang kurang diperhatikan pun diam-diam keluar dari grup
cemberut, entah mengapa. Padahal sehari-harinya mereka nggak pernah komentar.
Tapi anehnya personel-personel yang menjadi penggagas grup tidak mempedulikan
kepergian personel yang namanya nggak terkenal.
Beberapa
waktu kemudian
Clumit
mengirim foto berhijab. Tiba-tiba komentar nangkring,”Sebenarnya, kalau pakai
hijab ya cantiiiiiiik sekali.” Rupanya si Kadip yang doyan selfi mulai usil
mengomentari.
Si
Clumit beraksi jengkel sewot cemberut.
“Memangnya
aku nggak cantik dari dulu.. Cuma butuh kesiapan hati, mental, dan lain-lain
buat bisa berhijab penuh.”
Perang
komentar pun terjadi, beberapa personel lain nggak nggubris. Masih asyik
ngrumpi dengan lain topik. Komentar ngrumpi saling tindih-menindih dengan topik
lain jenis.
“Bisalah”
“”Semua
butuh proses…….!!!!”
“”Mau
sampai kapan harus berproses??!!!” tanya Kadip.
Si
Fany ikut nylonong komentar dalam perang komentar tersebut,”Hukumnya wajib bagi
perempuan muslimah’
Perang
komentar pun berlanjut.
“Siiiiiip,
jempooooll”
“Pokoknya
urusan aqidah jangan ditawar-tawar”
“Apalagi
perempuan muslimah yang sudah bernikah wajib hukumnya berhijab.”
Clumit
berteriak keras, “Ini grup apa sih?!!!!”
“Grup
islamik, tau!!!!!!” bentak Kadip.
“Grup
yang bermanfaat nasehat-menasehati, kadang bermanfaat guyon, jagong.”
“Mulai
sekarang tolong diganti nama grupnya!!!! Cepat!!!!!” pinta Clumit.
“Atau
saya keluar aja…..! Kayaknya saya salah masuk grup ini…..!!!! Bikin malas aja,….!!!!
bikin sebel aja” geram Clumit.
“Ai
ai ai….., oii…, ada apa ini!”
“Janganlah
macam begitu, tak baik. Itu bukan misi grup kita. Kalau dikit-dikit macam
begitu bisa muncul masalah nanti.”
“Slowwwww….,
alooonnnn…, kaleeeeeemmmm…., Walaupun bokong panas kepala harus dingin.”teriak
Benol yang mulai risih dengan perang komentar yang berbeda dengan topik ngrumpi
“OK,
saya saja yang keluar. Sebabnya saya baru masuk anggota grup. Tak ada masalah
saya keluar. Sayangku buat kalian semua, bye bye bye bye…..”
“No
comment!!!”
“Mohon
maaf kalau kurang berkenan, aku menyimak aja. Takut salah ucap.”
“
Semua
anggota personel grup terkaget dengan perang komentar grup Sewot Cemberut.
Semula anggota personel yang cuek dengan perang komentar kini menghentikan
ngrumpinya berbelok arah ikut nimbrung untuk menghentikan perang komentar.
“Jangan
keluar. Di luar kedinginan. Banyak angin ntar masuk angin.”
“”Halo-halo,
ada apa ya? Kok ribut-ribut begini. Saya barusan dari luar. Pengumuman!! Pengumuman!!
Saya harus masuk karena di luar kedinginan, dingin sekali banyak angin. Aku
takut masuk angin. Jangan keluar. Nanti kedinginan. Coba bayangkan sedingin ini
berani keluar sendirian kedinginan, apa nggak takut kesepian dan kedinginan
sendirian. ”
“Ada
apa denganmu mbak Clumit? “
“Maaf
ya ini grup Sewot Cemberut, jangan bikin perbedaan hijab. Mbak Clumit marah.”
“Udah
udah udah udahlah berhenti. Mbahas roti bakar aja.”
Sontak
aja personel lain ikut komentar.
“Apa
grup cemberut harus berhijab? Kalau itu syaratnya aku harus keluar aja. Maaf
aku belum siap lahir batin buat berhijab. Maaf kalau aku ada salah.” teriak lantang
si Grinah yang mengikuti jejak Clumit, sekalian mbela Clumit.
Beberapa
personel lainnya berusaha menhgentikan perang komentar dengan begini
“Bakar
singkong aja”
“Enak
tenan”
“Bakar
gembili ae”
“Bakar
ketela rambat aja”
“Bongkeng”
“Bakar
singkong aja”
“Owh
enaknya dibakar di bawah sinar rembulan”
“Ya
cocok, bahan bakarnya damen”
“Bakar
jagung aja. Ngajak pak komendan.”
“Jagung
udah abis, dimakan tikus. Banyak tikus macam tuh. Ini aja siap nyerang padi.”
“Jagung
di tempatku nglimbruk, ombyokan, mblader. Bisa dibawah pulang. Emang sengaja
kuamankan dari serangan tikus-tikus busuk.”
Seorang
personel nylonong komentar,“Emang tujuan kita mengingatkan bagi seorang
muslimah, tapi kalau yang dingatkan nggak berkenan yang biarlah, mohon maaf
aja.”
“Healaaaa….,
terserahlah semuanya. Aku menyimak aja daripada bicara salah.”
“Haaaahhh….,
udahlah…, nggak taulah apa maumu, bakar apa situ yang penting jangan makan
talah mentah, ntar gatal semua, gak ada obatnya.
Akhirnya
semuanya diam dan tak ada komentar satu pun. Malam pun begitu larut. Semuanya
terhipnotis oleh gelora kesunyian malam hingga tak sadarkan diri semua terlelap
dalam tidurnya. Grup cemberut cuma bisa sewot karena ditinggal penghuninya yang
aduhai dalam buaian dengkuran malam. Grup cemberut tak kuasa menahan sewot
pengikutnya, dan penghuninya tak mau mengerti bahwa nama grup cuma sebatas
nama, sejatinya sewot cemberut tiada yang tahu. Grup Sewot Cemberut hanya
sebatas tong sampah untuk pembuangan kesedihan, terkadang hanya sebatas mall
untuk melariskan dagangan, terkadang sebatas aula buat ngrumpi dan pamer
kekayaan dan jabatan serta pangkat. Namun pengikut grup tak mengerti jika grup
Sewot Cemberut makin cemberut tak mendapat kompensasi sewaktu anggota
bersenang-senang pesta raya.
SELESAI
TERIMA KASIH
=============================
KOSA-KATA
=============================
Beberapa Istilah:
Chatting
= obrolan via dunia internet
Seabrek=
banyak sekali.
Garing
= kering
Online
purchasing = pembelian online
Sharing
= berbagi cerita, keluh kesah, atau informasi persoalan.
Mlungker
= tidur miring dengan gaya seperti binatang udang sungai.
Di
ekspos = Diumumkan secara bebas meluas ke khalayak ramai
Doyan
= senang sekali.
Nyidham
= hasrat kepada sesuatu makanan atau minuman yang tak tertahankan.
Sawanen
= kaget kebablasan sakit masuk angina panas dingin.
Ngrasani
= menggunjing
Kancane
= temannya, kawannya, sahabatnya
Edan
= tergila-gila
Ngreken
= menggubris = memperhatikan
Pancet
ae = masih tetap begitu terus.
Damen
= batang padi yang mana padinya sudah terpisah dari batangnya.
Bye
bye bye bye = selamat berpisah
No
comment = tanpa sepatah kata
Ombyokan
= ikatan jagung yang masih belum dikupas kulitnya.
Nglimbruk
= kondisi jagung yang berserakan di lantai menumpuk banyak.
Gembili
= sejenis tanaman yang terpendam di dalam tanah seperti singkong, kalau mentah kulitnya berwarna mirip warna
dalam labu dan isinya putih.
Bongkeng
= sejenis ketela rambat yang terserang penyakit.
=============================
GRUP SEWOT
CEMBERUT
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH
SUNYI.
GRUP SEWOT
CEMBERUT
Ditulis
di Surabaya, Minggu,
29 Juli 2018
Dipublikasikan
pada hari Senin, 13 Agustus 2018 Pukul 14:34
WIB.
Dipublikasikan pertama kali di
blog http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id
Penulis cerpen ini lulusan S1
(Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan
Matematika tahun 2006
Penulis masih aktif sebagai dosen
matematika.
Penulis masih aktif menjadi
instruktur matematika di ma'had Tahfidzul Qur’an setingkat SMP/MTs - SMA/MA.
Penulis adalah cerpenis dan
penyair.
Daftar semua judul dapat di baca di link sini ( Klik di sini)