Life is the struggle

The struggle needs the sacrifice of the body, the soul, and everything to actualize the hope, the dream, and the love.
Hidup ini Sebuah Perjuangan.
Perjuangan Perlu Pengorbanan atas Jiwa, Raga, dan Segala Kepunyaan demi Terwujudnya Harapan, Impian, Cita-cita, dan Cinta.

Putaran Kehidupan (Rotation of Life)

Life in the World rightly rotates and Walks; it is certainty.
Kehidupan Dunia Berputar dan Berjalan; ialah Keniscayaan

Jembatan Kehidupan (The Bridge of the World)
Ikhsan Falihi pada Sebuah Jembatan

Andai Jembatan ini adalah Penghubung Tujuan. Niscaya Lautan Luas Ini Adalah KEILMUAN. Ijinkan Kuberpijak dan Kumelalui Jembatan Keilmuan tuk Meraih Keselamatan dan Keberhasilan.

IKHSAN Falihi di Pinggir Laut.
(IKHSAN Falihi On The Seaside)

Andai Lautan Itu Luasnya Rinduku, Maka Bentangan Rindu Tiada Surut. Begitu pun Jua Kalian Puas Melarungkan Berjuta IMPIAN.

Penangkal Covid-19

Makanan Penambah Kekebalan Tubuh untuk Menangkal Covid-19

Showing posts with label Kisah Sunyi. Show all posts
Showing posts with label Kisah Sunyi. Show all posts

Saturday, November 16, 2019

Sprinkling in Silence 26 (Percikan dalam Kesunyian 26) : Secercah Pertengahan Nopember

SECERCAH PERTENGAHAN NOPEMBER
Gubahan Ikhsan

Cerahnya pagi masih belum merobah hasrat untuk keluar kamar. Rasanya ingin malas-malasan di kamar meski sudah bangun. Rupanya Youtubelah yang menyihir aku sampai malas-malasan begini. Terperangkap dalam kamar dengan sajian pengetahuan yang menakjubkan adalah sesuatu yang lumrah. Tapi benar-benar keterlaluan pagi ini. Aku tak mampu membendung hausku pada laut ilmu Youtube. Belum lagi kawan-kawan negara asing ramai-ramai memenuhi Youtube untuk promosi kreasi ilmunya, dagangannya, kemegahan negaranya atau kebudayaannya, atau skillnya, bahkan sosok figur idolanya.

"Waduh, udah jam setengah tujuh. Perutku kosong keroncongan. Udah dua hari berturut-turut kolak mbak Nancy laris manis, aku nggak kebagian tiap mau beli. Hari ini hari Sabtu hari yang ketiga aku harus datang ke warung mbak Nancy untuk nyruput kolak pisang waluh talas mbotheh singkong telo kolang-kaling." clotehku sendirian di kamar. Jam tujuh kurang seperempat kurasa cukup pas mendatangi warung mbak Nancy. Bergegas aku datang ke warung mbak Nancy yang juga jualan  kolak, donat, tahu isi, telo goreng, ote-ote, pisang molen, dan othog-othog.
Kepalaku nginceng panci kolak. "Ya ampuuun, habis bersih seluruh isi panci. Lhoh aku nggak kebagian lagi. gimana nih? Bagaimana mbak. Udah tiga hari ini nggak kebagian. Rasane ngiler mbak kalo gini caranya." gumamku di warung mbak Nancy. Semua jajan mbak Nancy habis laris manis tepat jam setengah tujuh pagi.
"Kamu kesiangan mazz, datangmu kok siang begini" jawabnya sembari ringkas-ringkas wadahnya.
"Lhowh whala mbak ini loh belum jam tujuh ' keluhku.
"Lhouwh hiyo ta mazz. Belum jam tujuh kok udah panas gini, udah seperti siang gini. Kukira udah jam delapan. Besok aja ya mazz" jawab mbak Nancy setengah kaget.
"Ya udah mbak aku beli pisang molen ini aja ya. Seadanya aja, dari pada balik kosongan tangan hampa" ujarku.
"Besok ya mazz kolaknya." janjinya.
"Ya, mbak" jawabku dengan ekspresi nrimo ing pandum.
Aku balik pulang ke kamar yang baru saja menyihirku.
Di pinggir sawah aku di hadang anjing. Kali ini anjing itu tidak seperti biasanya . Warnanya oranye cerah, bulunya lebat bersih dan berdiri semua, ekornya dikibas-kibaskan lemah gemulai tapi tegang, kepalanya dilenggak-lenggokkan menghadangku sambil tubuhnya diputar seperti tarian sufi. Seketika itu pula jari-jemariku kusodorkan padanya sambil perlahan kugerakkan menari padanya. Anjing pun berubah dari tegang dan siap menerkam berubah ramah dan manja. Bokong dan ekornya di dipamerkan dan dikibaskan dengan penuh pesona. Ia memikatku. Ia mulai menggoda dan merayuku. Rasanya aku terbuai dengan binatang ini. Tapi pisang molen yang masih hangat mesra tidak terima karena merdunya suara keroncongan dari lambungku telah memikat menarik pisang molen, aku pun segera pulang meninggalkan anjing.

Waouhh…, Pisang molen pun tlah kulahap abis. Sambil aku memandangi gambar-gambar Youtube, pisang molen mulai menggoyang lidah, melemaskan kerongkongan hingga memenuhi panggilan nyanyian dalam lambung.  

Udah beberapa hari aku bernaksud ngisi OVO (untuk to up saldo). Rasanya pingin nyoba naik Grab pakai OVO. Kutinggalkan kamar untuk menuju masjid Al Akbar Surabaya. Di sana memang banyak driver Grab mangkal. Beberapa perumahan setengah mewah kulalui. Simpang siur driver Grab aku lihat. "Maz Grab…!! Berhenti sebentar mazz, aku butuh Grab." driver pun noleh. 
"Mau apa, butuh apa?" tanyanya.
"Biasa mazz, top up untuk booking nanti " jawabku memelas.
"Ahh, nggak bisa maz. Engkau harus order saya dulu sebelum top up saldo OVO. Aku nggak bisa mazz. Pergi aja ke Alfamart." jawabnya. Aku cuma tertegun dan mikir-mikir. Kulihat driver itu berbaju Grab, tubuhnya besar tampan keren, sepeda motornya tampak mahal mewah. Penampilannya memang parlente. Bukannya driver itu bisa top up saldo. Lhah wong aku dulu pernah di Kebomas Gresik malah ditawari top up saldo OVO oleh driver Grab kok sekarang driver ini bilang nggak bisa. Mana yang benar? Ahh, cari driver lain.
Aku pun meneruskan keliling menuju masjid alakbar. 
Kemudian ketemu lagi driver Grab. Aku panggil lalu berhentilah ia.
"Bisa top up OVO saldo, mazz driver." pintaku.
"Maaf, saldoku kosong. saldoku nol" jawabnya.
Aku tertegun. Nggak abis pikir rasanya. Gimana bisa nol saldonya. Sepeda motornya aja mewah, helmnya mewah, celananya mewah, cuma baju lengan panjangnya bertulis logo Grab.
Sejenak di bawah rumah bertingkat mewah aku tercengang. Masa laluku bersama kang Bejo kini membayang kembali. "Beja-bejane wong urip kabegjan, ajine raga saka busana. Penampilan luar bajumu mencitrakan kesan pertama menggoda dan menentukan kesuksesan langkah selanjutnya" begitulah ucapan kang Bejo yang hidupnya kabegjan berhasil mengelabui boss, mertuanya, dan para pejabat dengan hanya tampilan bajunya saja yang harus dipermak dan dipoles sedemikian rupa agar terkesan kaya dan jagoan serta tidak ketahuan orang rendahan ekonominya. .

Tiba-tiba lamunanku terkoyak oleh derum sepeda motor Grab yang melintas di sampingku.
Aku pun memanggilnya untuk top up saldo OVO.
"Maaf, saldoku abis mazz" jawabnya.
Benarkah saldonya abis? Bajunya parlente, helmnya mahal, celananya mahal, sepeda motornya bermerk, tapi saldo di bawah seratus ribu aja nggak punya. Kok sampai segitunya ya. Nggak nyucuk dengan tampilannya.
"Ahh, benar juga kang Bejo yang sudah memberi pelajaran buatku. Kang Bejo sempat mewanti-wanti aku bahwa kamu harus berpakaian necis, bersepeda motor mewah, dan tampak keren sekalipun kantong lagi bokek kempes biar nggak ketahuan orang, biar orang percaya padamu dan makin banyak job-job atau orderan. Kang Bejo memang melakukan pencitraan dengan mengubah penampilan wajah dan cara berpakaian walaupun ia tergolong orang miskin, bodoh, dan pemalas. Tapi berkat kamuflasenya itu kang Bejo benar-benar mendapat kabegjan. Banyak orang berkata padaku ,"Urip wolak-walike jaman, wong bodoh kalah karo wong pinter, wong pinter kalah karo wong sugih bondho lan pangkat, wong sugih bondho lan pangkat kalah karo wong Bejo."
Ku coba melalukan pesan kang Bejo masa lalu.
Pikiranku mulai teringat Alfamart Pagesangan. Secepat kilat aku meluncur ke sana hingga merapat di sana. 
"Permisi Mbak, permisi ya. Aku mau top up saldo OVO." pintaku di kasir Alfamart.
"Maaf, mazz udah nggak melayani top up saldo OVO. " jawabnya.
"Lhoh bukannya Alfamart ditunjuk OVO untuk isi saldo. Tadi loh mbak aku disuruh driver Grab ke sini. Lhah kok sekarang bilangmu nggak bisa. Nggak melayani. Mana yang benar?" jawabku 
"Ya, Mazz. Benar sekitar tanggal 13 an Nopember kemarin udah nggak bisa melayani top up saldo OVO. Silahkan ke banking aja pak." ujarnya 
"Terima kasih, mbak permisi " ucapku lalu meninggalkan Alfamart.
Perasaan dah nggak nyaman. 
"Halo…, apa kabar ustadzah. Bisa nggak top up saldo OVO. Aku pingin ngisi saldo." ucapku dari pesawat kecil yang berdering.
"Aku nggak bisa. Karena hp ku hanya untuk SMS Bangking aja. Bukan mobile banking. Kalau suami bisa. Coba kirim nomornya. Nanti kukirim ke nomor suami. Untuk isi saldo berapa ratus ribu. Tapi udah di instal aplikasi OVO belum." ujarnya sang teman yang berprofesi ustadzah.
"Waduh, kok pakai install segala. Aku nggak tahulah. Wong aku cuma pingin nyoba isi saldo lima puluh ribu aja kok ruwet gini ya. Nggak jadilah. Aku nggak tahu aturan installnya. Nanti aja kalo dah ketemu driver yang mau ngajarin aku install sambil top up saldo OVO. Urusan uang aku gak berani sembarangan sekarang. Bisa-bisa kecele, dah trauma, uang lima puluh ribu hangus nanti kalau salah langkah. Aku trauma, dulu juga pernah isi saldo kuota internet lima puluh ribu tapi salah. Akhirnya hangus sia-sia uang itu. " jawabku. Telpon Whatsapp pun ku tutup.

Kuteruskan ke pasar Pagesangan, barangkali di sana ada dhawet kesukaanku. Aku bisa nyruput sebagai pengobat hasrat kolag.
Di pasar Pagesangan kesempatan gurauan canda tawa dengan beberapa kenalan. Lumayan lama di pasar ini. 

Saat pulang dari pasar di jalan kulihat seorang driver setengah sunyi tengadah di tepi jalan masjid. Seorang driver kali ini sangat berbeda sekali dengan driver yang sudah kutemui. Bajunya sederhana. Sepeda motornya sederhana terkesan rakyat bawahan. Pendek kata, tidak meyakinkan penampilannya bila ingat nasehat wong Bejo. Tiba-tiba pikiranku pingin memanggil.
"Mazz driver, aku ingin top up saldo mazz. Apa bisa?" tanyaku.
"Berapa sih mazz? Mau nggak lima puluh ribu?" tanyanya.
" Andai engkau minta lebih dari itu. Aku dah siap mazz, bisa tujuh puluh ribu mazz?" pintaku.
"Maaf mazz, saldoku cuma enam puluh enam ribu. Jadi cuma bisa untukmu lima puluh ribu aja " terangnya.
"Silahkan mazz, hp ku ini install dulu OVO nya." jawabku sambil menyerahkan hp yang sudah siap di install dengan sinyal internet Indosat Ooredoo. Dengan sigap beliau tombal-tombol hp milikku untuk diinstall.
"Waoh, kencang sekali sinyalnya. Sinyal indosat Ooredoo sangat kuat sekali di sini. Nggak sampai menitan OVO dah terinstall dari aplikasi Google Playstore" ujar driver sambil membaca petunjuk install dan petunjuk transfer saldo dari driver ke customer.
Dengan cepat saldo OVO sudah terisi ke akun Grabku.
Aku makin terkejut bahkan takjub. Bagaimana tidak!!? Bajunya sederhana, sepeda motornya sederhana tampak lebih murah dibandingkan driver yang kutemui terdahulu, terkesan rakyat bawahan, tidak banyak bicara, melayaniku dengan cepat dan cerdas, bahkan ramah sekali seperti ramahnya rakyat jelata kepada pejabat, bahkan beliau siap top up saldo OVO. Beliau cerdas tuntas menjadi driver Grab. Kualitas layanannya benar-benar siap sedia kapan saja dan siaga di mana saja. Tidak hanya itu beliau mau pulang istirahat dulu karena ada tanda-tanda mulai kantuk. Mengerti kapan harus bertugas dan kapan harus istirahat, bukan orang yang nggragas ngejar setoran. Rupanya beliau bukan sosok pengikut filisofi wong Bejo sing urip kabegjan nanging milih filosofi kuwalitas mawi nrimo ing pandum, ngerti sejatine urip ingkang marganing ngabekti mring sapada lan gusti kang akarya jagat.
Hamung pandungaku mugio Allah paring kasembadan sedaya gegayuhane driver.

Ditulis pada hari Sabtu,16 Nopember 2019.
Peristiwa terjadi pada hari Sabtu,16 Nopember 2019.
Lokasi: Di batas kota Surabaya dan Sidoarjo: Perbatasan Pagesangan Surabaya - Sidoarjo.
Dipublikasikan di Blogger pada hari Sabtu,16 Nopember 2019.

-

Thursday, September 26, 2019

Sprinkling in Silence 25 (Percikan dalam Kesunyian 25) : Kidung Bejo di dalam Sangkar Burung

Short Story
Cerpen
KIDUNG BEJO DI DALAM SANGKAR BURUNG
Guahan Ikhsan
(Ikhsan Falihi, Penyair Pinggir Kali)
………….
………….

Bagian 3;
"Kang.., sudah lama kita tak ketemuan. Kemana saja?" celetuk Repoh sesekali menghisap cerutunya. Asapnya mengepul bergulung-gulung di atas sawah yang menjadi padang rumput. Malam itu sungguh mengurung dua lelaki yang hanyut dalam obrolan. Di bawah sangkar burung merpati beberapa orang lagi membuncah pasrah dalam balutan hutang. Sementara merpati asyik sendiri. Suaranya terdengar menderu seolah menirukan buncahan beberapa orang yang duduk-duduk di bawah sangkarnya. Tak seberapa banyak lalu lalang orang melintasi jalan kecil di bawah sangkar merpati.
"Ya, sudah di rumah. Baru saja cari orderan. Dah muter-muter ke sana kemari. Belum dapat. Capek" jawab lelaki yang beranak dua perempuan dan satu lelaki. Sudah lama orderan kerjaan macet. Padahal perutnya butuh makan, apalagi perawan tertuanya sudah menginjak SMK. Sebagai penyambung hidup istrinya sekedar jualan ote-ote. Namun jualannya terkadang laku terkadang sepi. Itu semua semata-mata elincahan tubuhnya dan suaranya sama sekali tak mendukung jualannya, terlebih-lebih masakannya kurang lezat menurut beberapa lidah pembeli. Tiada upaya untuk berubah sikap dan penampilan.

Keesokan harinya lelaki itu mendapat orderan bikin sangkar burung merpati.
Bekas papan kayu jati rongsokan yang pernah menjadi dinding rumah pak Karto dipasang pada alas sangkar dan dinding sangkar. 

Suara gaduh mulai terdengar hingga ke seluruh tetangga, sampai-sampai pukulan-pukulan kayu keras tajam terdengar menggema ke kampung sebelah. 
Kang Rozah yang masih tergeletak mengidap sakit hanya bisa menggeliat ke kiri ke kanan sambil mangap-mangap akibat suara gaduh keras pukulan kayu. Mereka nggak mau tahu tentang kondisi tetangganya yang tampak lemah. Puaslah mereka memukul-mukul kayu dan tong lempengan besi. Demi sangkar burung merpati apapun mereka penuhi.
………….
………….

Bagian 5:
Si Pepia yang menirukan perawan muda tampak semloheh melenggak-lenggokkan tubuhnya. Dengan genit ia berucap,
"Sudah punya melati putih suci,
Masih mencari mawar merah.
Di dada dan pelukan sudah punya iman yang suci,
Masih mencari barokah maghfirah.
Karena Tuhan jualah maha pemberi,
Aku cuma berserah.
Moga iman senantiasa terjaga di dada dalam dekapan."
………….
………….
Nantikan kisah selanjutnya
Kisah selanjutnya bakal dipublikasikan di Blogger Ikhsan Falihi

Beberapa istilah:
Orderan= pemesanan orang untuk dipekerjakan.
Mangap-mangap= mulut membuka lebar berulang-kali.
Semloheh= bahenol, aduhai menal-menol genit menggemaskan dan membangkitkan gairah, sama semodel artis dangdut panggunglah.

Sunday, July 28, 2019

Sprinkling in Silence 24 (Percikan dalam Kesunyian 24) : An Ended Season (Semusim Berakhir)



SHORT STORY

AN ENDED SEASON
by Ikhsan
(This short story adopted from people life in a village)

SEMUSIM BERAKHIR
karya Ikhsan

Semusim usai terlewati tanpa kekasih di sisi. Buah pepaya yang kekasih sukai masih menggantung di pohonnya. Jangankan memetiknya, menyentuh pun tidak. Tak pernah disentuh dengan harapan kekasihlah sendiri yang datang tepat pada waktunya bisa memetik sendiri dan mencium aromanya. Itulah hadiah yang disiapkan mbak Rayem buat kekasih tercintanya setelah kepergiannya sekian lama.
Dengan harap-harap cemas mbak Rayem menanti kekasih segera hadir setelah lambaian terakhir menandai perpisahan. Tiada secuil surat pun yang ditinggalkan buat mbak Rayem, bahkan selama kepergiannya tiada selembar coretan-coretan kangen melayang ke pelukannya. Ia cuma puas dengan lambaian terakhir. Saat-saat paling mesra semuanya tetap dikenang selama dirinya tak bersua lagi dengannya. Biarlah semua orang menjadikan ketiadaan kekasih sebagai buah bibir di seluruh negeri. Mbak Rayem cuma teringat nasehat sesepuh, “Biarpun jauh adanya kalau cinta tetaplah dia bakal kembali menjadi milikmu.” Beserta doa dan harapan, mbak Rayem tetap yakin suatu ketika nanti sang kekasih bakal kembali lagi.’’
Janji suci nan putih mbak Rayem persembahkan buat kekasih tercinta sewaktu-waktu datang. Bukan ciuman mesra, bukan pula cium mulut rindu, bahkan bukan pula pelukan mesra yang ia tempelkan buat kekasih tercinta. Baginya cukup puas menyediakan buah pepaya yang sejak kecil hingga dewasa tetap taat pada ikatan tangkai buah yang kuat menggelantung pada pohonnya. Demikianlah cara tradisional mbak Rayem untuk menyambut kedatangan sang kekasih pujaan. Orang-orang di sekitarnya mengetahui harapan besar tersebut. Tak ketinggalan pula si Waring yang diam-diam memendam hasrat cinta pada kekasihnya Rayem pun mulai memperhatikan gerak-gerik Rayem. 
“Lihat tuh semusim usai sudahlah, kekasihnya tiada datang. Bisa-bisa pepayanya busuk tuh. Dasar kampungan!” celetuk seorang tetangganya. Mbak Rayem tidak menggubris celetukannya. Ia yakin kekasih pujaannya masih sayang padanya walau nun jauh di seberang laut. “Apalagi kalau bukan perawan barunya. Sudah sekian lama tiada kabar berita buatnya. Begitu saja kok ditunggu-tunggu. Rayem sendiri tak pernah menyadari bahwa dirinya tak cantik bahkan miskin lagi. Tak sadar pula baginya cinta yang ia sirami sesegar bayi mandi kini seperti selembar daun kering. Jelassss…., kekasihnya pergi tak kan pernah kembali lagi.” celoteh si Waring sambil memalingkan wajah dengan bibir di-plethot-kan.
Kemarau begitu panjang dari tahun-tahun sebelumnya. Pepohonan di dusunnya mulai meranggas, sebagian tampak rantingnya kering-kerontang. Akan tetapi, mbak Rayem sangat rajin menyiram pohon pepaya yang dipenuhi buah pepaya dengan dinaungi rerimbunan daun. Daun yang sudah menua berjatuhan segera dibersihkan darinya. Pohon pepaya yang dipelihara dan dijaga mbak Rayem jauh lebih tegar dan kuat menghadapi keringnya kemarau yang melanda dan hembusan angin kencang nan panas. Siang itu ia cuma duduk di bawahnya sembari memandang jauh lepas sebatas mata memandang. Perasaan siapa yang tahan menerima kekeringan kasih sayang dari orang yang telah menyemai kasih, tetapi kini telah lama meninggalkannya. 
“Semusim berakhir, kemana wahai kekasih, 
betapa sedih menanti. 
Aku tetap menanti semusim lagi. 
Datanglah, ohh kekasih. 
Kemana ku cari kekasih yang t’lah pergi. 
S’moga engkau terlindungi. 
Sang mahakasih telah menumbuhkan kasih sayang kita berdua.” gumam mbak Rayem sendirian di bawah pohon pepaya yang menjulang lebih tinggi dari atap rumahnya.
Genaplah tujuh musim berakhir. Waktu yang dinanti-nanti tak kunjung pasti. Mbak Rayem mencoba mengusir kesunyian jiwanya dengan bekerja di rumah pak Bejo. Pak Bejo memang saudagar terkaya di kampungnya. Banyak perawan kampung dan janda kampung, bahkan ibu rumah tangga yang anaknya sudah besar beramai-ramai menjadi kuli penimbang padi, jagung, kedelai, dan berbagai palawija di kampungnya. Mbak Rayem kali ini ia bahagia dengan pekerjaan barunya. Sesekali ia tidak sunyi dari lambaian terakhir kekasih. Dialaminya keadaan ini dengan berat hati karena ia juga harus mengangkat sekarung jagung dengan teman sebayanya setiap hari.  Bayang-bayang tersunyi kini terkikis. Ia mulai menabung uang hasil kerja kerasnya. Beberapa keping rupiah dibelikan gaun cinta dengan motif kesukaan kekasihnya. 
“Grubyug bhugh bhugh dhugh…” suara tumpukan karung jagung ambruk dari tumpukannya. Sebagian karung berisi muatan jagung menjatuhkan dirinya dan menindih lengan kiri Rayem. ‘’Aaaaaaaa…….!!!!” Jeritan meronta terdengar. Semua temannya histeris menjerit di gudang tumpukan jagung. Apa daya malang tak dapat ditolak, untung tak dapat direguk, petaka t’lah datang pada saatnya. Mbak Rayem pingsan dan tergeletak, tangannya patah. Rekan di sekelilingnya membopong mbak Rayem yang terkulai gulana.
Beberapa hari mbak Rayem terpaksa menjalani perawatan. Ia hentikan segala pekerjaannya. Rona penderitaannya menggores tajam.  
Kini mbak Rayem mulai sembuh namun tangannya sudah patah tak dapat kembali seperti sedia kala. Kecantikannya sudah berkurang dengan ditandai bengkoknya tangan. 
Ia mulai bekerja lagi. Pagi itu ia sambut dangan langkah tergopoh-gopoh menuju rumah pak Bejo di ujung kampung di tepi jalan raya. Semua penduduk kampung yang memasuki kampung pasti melalui depan rumah pak Bejo. 
Saat ia dan temannya bekerja di gudang tepi jalan, mobil dengan beberapa orang di dalamnya melaju kencang. Desing mesin mobilnya terdengar keras, menderu sampai dalam gudang, apalagi desing mesin dan derumnya terpantul oleh langit-langit gudang. Tentu saja ini mengagetkan para pekerja termasuk mbak Rayem. Namun semua pekerja tak tahu siapa di dalam mobil tersebut. Mereka mulai mengalihkan pandangan dari desing mesin yang baru saja mengagetkannya.
Sore itu pekerja pun mulai pulang. Mobil yang sedari tadi membuat kepikiran mbak Rayem ternyata dilihat olehnya. Kekasih pujaannya yang menyetiri mobil tersebut. Alangkah kagetnya mbak Rayem. Kekasih pujaannya kini telah berdua, ia bergandeng tangan dengan perawan yang baru disuntingnya. Kekasih pujaan pun tidak menyapa mbak Rayem dengan gaya perilakunya yang seolah-olah tidak kenal bahkan merasa sudah lupa. Mbak Rayem tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia coba menenangkan pikiran dan perasaannya. Namun perasaannya tetap saja masih dihantui ketidakpastian antara ya dan tidak.
Dag dig dug jantung berdegup, Mbak Rayem dengan tangan bengkok dan gaun kesukaannya menyapa kekasih pujaan. Mbak Rayem berkata,”Mas, itu masih tergantung di pohonnya. Ambillah….! Semusim berakhir buah pepaya itu tumbuh terus, aku pun menjaganya. Hingga terhitung tujuh musim kepergianmu telah menyisakan kerinduan yang menggoda setiap malam-malam tiba. Tujuh musim aku menjaga pohon pepaya dan buahnya bersama rinduku padamu. Selama tujuh musim aku tidak pernah meninggalkan kampung ini. Menantimu di sini. Di sini tergantung pepaya kesukaanmu dulu. Aku sediakan untukmu karena kesukaanmu. Sekarang ambillah, Mas. Saatnya engkau menikmatinya. Akulah Rayem yang dulu kekasihmu.” ucap mbak Rayem dengan tatapan bahagia dan penuh harap mesra. “Ahh…, kalau itu banyak. Kau tidak usah repot-repot menyediakan buah pepaya buatku. Perawan yang sudah kusunting telah menyediakan banyak buah untukku dan semuanya masih segar bahkan aromanya sungguh kuharapkan.” jawab kekasih pujaan. 
Seketika itu mbak Rayem lemas tak bergairah. Betapa kecewanya. Ia tak berkata sedikitpun. Derai air mata membanjiri sekujur tubuh. Ia bangkit lalu pergi, tak kuasa mengusap linangan air mata dengan lari sekuat-sekuatnya meninggalkan kekasih pujaan yang kini telah berdua. Cinta meronta-ronta bagai disayat sembilu. Semusim berakhir hingga berganti musim lagi, nyatanya cinta itu berlalu hancur lebur. Riak gelombang hidup memupus rindu yang menggebu. Tujuh musim berakhir bersama ranting kering yang terhempas angin, tak mungkin bersemi lagi menghadapi kemarau rindu.


S E L E S A I
TERIMA KASIH
=============================
Beberapa Istilah:
Kangen = rindu.
Grubyug bhugh bhugh dhugh = suara beban berat yang terjatuh dari tumpukan ke lantai tanah.
=============================

SEMUSIM BERAKHIR
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.

SEMUSIM BERAKHIR
Diambil dari kisah kehidupan rakyat desa
Lokasi Peristiwa : Sidoarjo, Indonesia, 2015.
Kejadian: tanggal 28 Juli 2015
Ditulis di Surabaya, 28 Juli 2017.
Dipublikasikan pertama kali di Blogger 
Dipublikasikan pertama kali pada hari Sabtu, 28 Juli 2019

Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006
Penulis masih aktif sebagai dosen matematika di perguruan tinggi swasta (2019).
Penulis masih aktif menjadi instruktur matematika di Ma'had Tahfidzul Qur’an setingkat SMP/MTs - SMA/MA (2019)
Penulis masih aktif menyusun syair.



Saturday, May 25, 2019

TINDAKAN MENURUTKAN NAFSU BELAKA

TINDAKAN MENURUTKAN NAFSU BELAKA
(Revisi) 

"Haaahhhh, kok susah ya. Kenapa sih gambar di Facebook dan Whatsapp tidak nongol-nongol. Huuuhhh, Telkomsel kok lemot bobrok begini padahal sinyal 4G dah kupakai online. Capeklah aku nunggu gambar dan video di Whatsapp dan Facebook yang dikirim oleh banyak teman dari Indonesia dan luar negeri (negara-negara asing)" gumamku yang sudah seharian penuh download tapi gagal melulu. Sesekali kepala kumiring-miringkan di bantal dan sarung sebelah tumpukan buku di kamar tidur. Pikirku mungkin Telkomsel lagi perbaikan jaringan. Bergegaslah aku ke konter langganan hp untuk memilih pulsa kuota dari provider selain Telkomsel yaitu provider Tri dan provider Indosat Ooredoo. Panasnya siang itu tanpa kurasa. Gemuruh kendaraan surabaya tak hirau lagi. Secepat pula aku beli paket internetnya cukup kupilih paket mingguan untuk sekedar menguji sinyalnya. Betapa kecewa, sinyal 4G dari provider Tri dan provider Indosat Ooredoo sama sekali tak berdaya. Sangat-sangat lemah sinyalnya. Gambar dan Video pun nggak mau nongol. Capek dech!. Dah tiga provider tak kuasa mbuka gambar dan video di Whatsapp dan Facebook.
Tanpa berpikir panjang, Dah menjadi kebiasaan, setiap Whatsapp ngadat lemot tentu sasarannya jelas yaitu lari ke setting android lalu ke aplikasi Whatsapp lalu menghapus data dan cache. Nyatanya, tindakan itu nggak mujarab. Resep itu belum ampuh, sesegera mungkin aku lari ke Google Playstore untuk uninstall Whatsapp dari android. Cepat-cepatlah aku lakukan tindakan itu
Whatsapp ku-remove, uninstall dari androidku. Whatsapp pun terhapus, lenyap dari HP. Tiba-tiba teringat bahwa aku belum nyimpan datanya. Betapa menyesalnya. Apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur, dataku yang di Whatsapp berupa jadwal ngajar dan jadwal liburan juga hilang semuanya, pesan penting yang belum disimpan telah raib entah kemana hilangnya. Beberapa pesan-pesan penting lainnya telah lenyap sempat me buatku tak berdaya jua. Aku hanya bisa termangu bengong di depan pintu kamar. Untuk menghilangkan kepenatan dan kelelahan, HP ku isi energi batrei. Aku langsung tidur.  
Rupanya, ketergesa-gesaanku dalam menghapus Whatsapp pada android hanyalah tindakan yang sekedar menurutkan nafsu belaka.

Rabu malam 22 Mei 2019 sekedar kunyalakan hp, barangkali telpon offline masuk. aku udah bosan menyalakan internet. tak seberapa lama, telpon offline masuk. Secepat kilat aku terima.
Suara itu terdengar,"Hallo, cak ikhsan. Apa kabar?"
Kujawab," Baik.". Belum sempat kutanyakan informasi terkini, suara itu langsung menyahut juga, "Hari ini Whatsapp diblokir secara resmi oleh pemerintah untuk pengiriman dan download gambar dan video. Itu juga di Facebook. Karena ada demonstrasi 22 Mei 2019. Untuk menghindari pengiriman berita hoaks berupa gambar dan video hoaks, Whatsapp juga harus dihentikan fitur gambar dan video." ucapnya.
"Pantesan, aku coba download video dan gambar kok nggak bisa, sekedar lihat video dan gambar di status Facebook dan Whatsapp aja gak bisa. Tadi akun Whatsapp sampai-sampai ku-uninstall dari androidku melalui Google Playstore, lalu aku coba install lagi justru kesulitan. Khawatir pesan secara tertulis yang baru masuk ke Whatsapp-ku, buru-buru aku download VPN dan install VPN untuk sekedar memasang (install) Whatsapp melalui Google Playstore. Akhirnya dengan VPN Whatsapp bisa terinstall, tetapi pesan baru yang masuk pun juga terhapus, terpaksa aku kehilangan pesan baru masuk. Usai download dan install Whatsapp dari Google Playstore terpaksa buru-buru VPN aku delete (remove=hapus) dari Android karena aku khawatir dataku banyak dicuri pihak penjahat hacker internasional. Akhirnya kuputuskan beberapa hari tidak mbuka Facebook dan Whatsapp. biarlah dunia ini sunyi sepi untuk dzikir. Aku tak ingin bertindak hanya menurutkan nafsu belaka.
Memang, beginilah Indonesia. Masih banyak rakyatnya yang doyan hoaks, pembuat berita hoaks, dan penyebar hoaks, walaupun pendidikannya sudah tamat SMA dan Yang Sederajatnya, bahkan ada yang Sarjana.
Mestinya Facebook dan Whatsapp Untuk kemaslahatan umat dan mencerdaskan kehidupan bangsa malahan dijadikan alat pembuat hoaks dan penyebar hoaks.
Padahal selama sekolah mulai SD/MI sampai SMA/MA/SMK dan yang sederajatnya sudah tuntas diajarkan kebaikan, TIDAK membuat hoaks dan TIDAK menyebarkan hoaks.

oleh Ikhsan
(Penyair Pinggir Kali)
Surabaya,
Sabtu, 25 Mei 2019

Tuesday, August 28, 2018

Sprinkling in Silence 26 (Percikan dalam Kesunyian 26) : Katamu Tak Sesuci Debu

KATAMU TAK SESUCI DEBU
Oleh Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
(Ikhsan Falihi Si Penyair Pinggir Kali)

“Bah, udah pulangkah?” sapa bunda Juminten.
“Udah, Miy” jawab si Ganowo.
“Tadi Abah Bodroh pesan ke jamaah pengajian bahwasanya hari raya idul adha udah dekat. Bersiap-siaplah untuk korban kambing gendhut.” celetuk si Ganowo.
“Lalu apa maumu, Bah? Masak kambing kita cuma lima masih kunthingen, yang gendhut cuma satu malah harus dikorbankan. Mikir Bah!!!! Jangan asal korban ini korban itu!! Mikir masa depan kita, Bah!!!! Kita ini hidup di jaman modern susah cari duit dan susah membesarkan ternak kambing.” terang bunda Juminten.
“Lhoooooh….., kok tambah ngajak gegeran. Saya kan cuma menyampaikan pesan abah Bodroh. Lagi pula beberapa waktu lalu Abah Comet kan udah pesan yang sama juga. Jangan langsung sewot begitulah. “ tegas si Ganowo sambil menyampirkan sarung ke gantungan kamar tengah.
Beberapa hari kemudian idul adha tiba. Takbiran pun bergema di pagi itu.
Sayup terdengar oleh telinga bunda Juminten. Kekhawatiran bunda Juminten udah merasuk ubun-ubun. Sesekali ia menengok kandang kambing. Dihitungnya dengan teliti tanpa kedip. Legalah sudah kambing yang ia punya masih genap.
“Mbeeek…, mbeeek…, mbeeek…..,mbeeeek…,”
Kambing Sunoyoh dituntun melewati depan rumah bunda Juminten. Sementara bunda Juminten mengintip dari celah jendela kamar depan.
Para jamaah pun mulai menyaksikan kambing Sunoyoh yang diikat tak jauh dari halaman sholat idul qurban. Seluruh pandangan mata tertuju pada kambing gendhut milik Sunoyoh.
Di khutbah idul qurban abah Bodroh dan abah Comet bergantian menambahkan ceramahnya.
“Sedekahkan kepada sesama yang menderita dan korbankan apa yang kalian punya demi cinta kepada Allah!” dengan berapi-api suaranya lantang di depan mikrofon. Terdengar hingga kejauhan bahkan sampai ke kelurahan sebelah. Kambing pun mengembik keras sejadi-jadinya. Entah apa yang terjadi padanya, mungkin bahagia sebentar lagi memasuki pintu pengorbanan atau mungkin takut suara abah Bodroh dan abah Comet yang begitu lantang dan keras.
Kalimat-kalimat yang sama diulang-ulang demi meyakinkan jamaah agar semua jamaah tergugah mengorbankan ternak.
Tak cukup dengan suara lantang, dalil yang ngetren diambil dari Al Quran dan Al Hadits disitir dan dibeber ke jamaah. Si Gandrem yang sedikit ngantuk sontak terkaget dari duduknya yang membungkuk hampir keningnya mencium alas shalat.
Pengumuman nama-nama jamaah yang akan korban diumumkan. Mendengar suara pengumuman keras dari loudspeaker di sela-sela takbiran, hati bunda Juminten makin teriris-iris.
Kambing gendhut satu-satunya kambing kesayangan digenggam erat dan dijaga ketat. Gincu merah sebagai penanda kesukaan dioles-oleskan ke tubuh gendhut kambing agar mudah dalam pengawasan.
Acara penyembelihan dimulai.
Para jamaah yang menyaksikan pun diminta melafalkan takbir mengikuti petunjuknya. Suara abah Bodroh dan abah Comet dienak-enakkan sampai-sampai keselak. Tak seperti biasanya acaranya dikhusyuk-khusyukkan. Puji-pujian akan nama Sunoyoh terdengar memenuhi udara sekitarnya. Beberapa orang yang saat itu menyerahkan kambing dan sapi juga disebut namanya dan dipuji-puji setinggi langit. Mereka pun manggut-manggut senyum. Sebagian mesam-mesem terbuai sanjungan yang menggema dari loudspeaker.
Mendengar riuh rendah takbiran mengiringi cucuran darah dari urat nadi hewan, Si Ceplis yang masih kanak-kanak merengek menangis meminta ibunya untuk dikorbankan seperti seekor kambing gendhut. Tangannya menunjuk-nunjuk kearah kandang ayam sambil merengek-rengek. Ayam babon yang disukainya disuruh menyerahkan ke panitia kurban. Tak tega anaknya merengek terus ibunya mengambil ayam babon untuk diserahkan ke panitia qurban untuk disembelih bersama kambing dan sapi.
“petog petog!!! Petog petog…!!!!!” suara ayam babon yang sedang bertelur itu terpaksa harus disembelih. Semakin berisik suara ayam babon, si Ceplis makin jengkel. Ayam itu tambah dijiwiti dan dicengkeram punggungnya. Ceplis dan ayam babon digendong ibunya, kali ini kaki ceplis membelit mengikat erat perut ibunya sementara mukanya menggigit-gigit melampiaskan amarah, sesekali tangan kecil mungilnya dipukul-pukulkan ke kepala ayam babon.
“Lhowh…., mau dibawa kemana ayamnya bu Tulkiyem.” tanya tetangganya.
“iniloh si Ceplis minta dikorbankan seperti kang Noyoh.” ujar bu Tulkiyem.
“Nggak boleh, kurban kok ayam babon. Kurban ya kambing atau sapi. Nggak sah kurbannya.” bentak panitia kurban.
“Ya ya ya udahlah sini, sini ayam babonnya. Terima aja untuk makan-makan bersama! Sembelih aja sini! Untuk tambahan daging kurban. Jangan ribut-ribut melulu!” jawab abah Bodroh dan abah Comet.
Kini semua sudah rampung. Acara masak-memasak sudah lewat. Hindangan yang di ruang panitia telah siap.
Penthol Colek, Sate Gule gedhe-gedhe, Empal Gepuk, Rendang Asam Manis, dan beberapa buah-buahan berpose mesra di sekitar Daging Pepes.
“Selamat, selamatlah kambing gendhutku. Tidak disantap Bodroh dan Comet hari ini.” pikir bunda Juminten.
“Jangan makan dulu, ayo selfi bareng-bareng. Untuk publikasi acara kurban kita!!!!!” teriak Comet.
Usai selfi dan pose menungging, anak buah Bodroh mempublikasikan kerjaannya ke internet online.
Melihat ulah mereka, kontan saja Si Gandrem membisikkan sesuatu ke telinga Wanijo,”Si Bodroh dan si Comet pura-pura lupa. Beberapa waktu lalu berucap padaku.” Begini lhoh,”Sedekahkan kepada sesama yang menderita dan korbankan apa yang kau punya demi cinta kepada Allah.”
Ucapnya mantap dan fasih seperti orang suci. Dalil Al Quran dan Al Hadits disampaikan dengan logat menarik supaya jamaah rela berkorban demi kepentingan umat.
Giliran idul qurban dah usai, Bodroh dan Comet tak kuasa melepas daging kurbannya demi penderitaan masyarakat Lombok. Daging kurban pemberian jamaahnya hanya untuk melemaskan tenggorokan dan mengenakkan perutnya sendiri. Kalau begitu caranya yo akeh tunggale, seperti itu nglimbruk, wong ngono iku ombyokan jaman sekarang.”
Gambar-gambar daging kurban pun nongol di grup-grup internet online.
Bodroh tak menghiraukan lagi sekelilingnya. Pikiran dan nafsu makan terlanjur merasuk. Perut keroncongan telah menyanyikan lagu pengorbanan dengan detak napas kelaparan.
Parahnya, Bodroh dan Comet mesam-mesem rela anak buahnya posting dan selfi bersama penthol colek, sate gule, dan empal gepuk yang dibuat dari daging kurban jamaah. Pengorbanan Bodroh  berupa gembar-gembor sekian lama menjelang idul qurban dipublikasikan biar masyarakat tahu bahwa mereka sukses dalam ritual kurban. Perilaku yang dulu manjur untuk menebus kufur kini tak seampuh menutup lubang semut. Nasehat yang dulu tulus, suci, dan bermarwah kini tak sesuci debu.
SELESAI
TERIMA KASIH
=============================
KOSA-KATA
=============================
Beberapa Istilah:
Kunthingen – kurus kering tapi sehat.
Gendhut = gemuk mulus menyenangkan.
Gegeran = pertikaian sambil perdebatan.
Loudspeaker = pengeras suara.
Keselak = ludah yang masuk ke rongga tenggorokan dan kerongkongan secara bersama-sama secara tidak sengaja saat bersuara atau berbicara.
Bareng-bareng = bersama-sama seiring sejalan seia sekata.
Mesam-mesem = senyum- senyum bahagia disertai wajah ceria mengembang.
Ayam babon = ayam betina yang gemuk dan mudah bertelur.
Gedhe-gedhe = besar-besar.
Penderitaan masyarakat Lombok = penderitaan akibat gempa bumi berskala 6,4 SR di Lombok Nusa Tenggara Barat pada hari minggu 29 Juli 2018.
Akeh tunggale = banyak. kawan-kawannya yang bersikap sama dengan itu.
Wong ngono iku = orang seperti itu.
Ombyokan = ikatan buah-buahan atau biji-bijian.
Nglimbruk = kondisi benda yang berserakan di lantai menumpuk banyak.
Bermarwah = bermartabat.
=============================
KATAMU TAK SESUCI DEBU
Karya Ikhsan, S.Pd., M.Pd.
Diambil dari kumpulan KISAH SUNYI.
KATAMU TAK SESUCI DEBU
Ditulis di Surabaya, Minggu, 26 Agustus 2018
Dipublikasikan pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 Pukul  02:30 WIB dinihari.
Dipublikasikan pertama kali di blog http://ikhsanfalihi.blogspot.co.id atau http://ikhsanfalihi.blogspot.com
Penulis cerpen ini lulusan S1 (Sarjana) Pendidikan Matematika tahun 2000 dan lulusan S2 (Magister) Pendidikan Matematika tahun 2006
Penulis masih aktif sebagai dosen matematika.
Penulis masih aktif menjadi instruktur matematika di ma'had Tahfidzul Qur’an setingkat SMP/MTs - SMA/MA.
Penulis adalah cerpenis dan penyair.


All the titles can be read in this link (Click on here)
Daftar semua judul dapat di baca di link sini ( Klik di sini)